Chapter 9- Di tembak?

455 25 3
                                    

Gue bener-bener kaget dengan kedatangan kak Dev ke kelas. Awalnya sih biasa aja karena gue pikir kak Dev mau cari Zeno atau yang lain. Tapi pas dia nyamperin gue dan bilang mau ke kantin bareng gue, sontak di situ gue kaget bener.

Dan berakhirlah disini gue dikantin dengan kak Dev yang semua perhatian penghuni kantin ada di arah gue dan kak Dev. Siapa pun tolong kasih gue cara pergi dari sini.

"Kak lo ngapain ngajak gue kesini?" Tanya gue ketika gue dan kak Dev sudah dapat tempat duduk.

"Mau buka apa yang nyokap lo kasih ke gue," ucapnya.

"Terus kenapa harus bawa-bawa gue?" Tanya gue sewot.

"Kalau ini makanan kita makan bareng kalau ini jebakan kita rasain bareng," jawabnya santai.

Gue gak tanggapin kak Dev lagi, gue cuman liatin dia yang mengambil kotak makan dari paperbag kecil berwarna coklat itu.

Pada saat kak Dev membuka kotak makanya, dia mengernyitkan alis.

Gue bingung dan juga penasaran, akhirnya gue ngintip sedikit isi kotak makan itu tapi, kotak makan itu langsung ditutup sama kak Dev.

"Gak jadi, khusus ini gue yang boleh makan. Lo pesan aja makanan yang ada di kantin," ujarnya tersenyum dengan senang.

Gue makin penasaran sama isi dari itu kotak makan apa, jadi gue gak bakal tahan diri gue untuk bertanya.

"Emang isinya apaan? Katanya kalau makanan makan bareng-bareng kalau jebakan dirasain bareng-bareng. Terus kenapa kakak malah bilang gue gak boleh makan?" Tanya gue dengan kesal.

Kak Dev tersenyum miring. "Gue takut lo malah jadi salting."

Gue menatap remeh kak Dev. Ngapain coba liat makanan harus salting segala.

"Gak bakal! Buruan sini liat," gue rebut kotak makannya dan-

Seketika gue pengen pergi dari sini juga! Udah gue bilang dari awal bantu gue pergi dari sini ya ampun. Mama bener-bener buat gue malu!

Kak Dev terkekeh, "liat lo salting kan?" Goda kak Dev yang buat gue bener-bener diam.

Gue mau bilang apa ya ampun.

"Kayaknya mama itu salah paham deh," ujar gue pelan dan menunduk malu. Pipi gue hampir panas dibuatnya.

"Hmm, tapi seru kalau nyokap lo salah paham gini," ujar kak Dev santai.

Eh? Maksudnya apa? Masa iya mamanya salah paham malah disukainya sama kak Dev?

"Kesiniin kak kotak makannya," pinta gue.

"Gak mau,"

"Kakkk!" Rengek gue.

"Enggak bisa! Tante Sindi udah kasih lo ke gue. So, lo hari ini jadi pacar gue, gak ada penolakan!" Ucap kak Dev santai sambil tersenyum geli kearah gue.

Gila! Ini secara gak langsung kak Dev tembak gue? Gak ada tempat bagusan dikit apa ya? Eh apasih Let, lo harusnya selamatkan harga diri lo yang bentar lagi hancur di depan salah satu anggota OSIS ini.

"Kak mama pasti bercanda." Ucap gue ngeyakinin.

"Tante Sindi jelas-jelas kasih secarik kertas ini ke gue di kotak makan ini, kalau gue harus nembak lo sekarang juga,"

"Kalau lo gak percaya biar gue baca ulang. Dear Dev laki-laki yang Tante Sindi suka dari awal, Tante yakin kamu bisa jaga anak Tante yang bandel itu jadi kamu pacarin dia sekarang! Gak ada penolakan!"

Diam. Hanya itu yang bisa Leta lakukan. Lidahnya keluh hanya untuk berbicara sekalipun. Jadi apa yang harus ia lakukan? Masa diterima? Kak Dev kan nembak dirinya hanya karena sepucuk surat dari mamanya.

Leta menggelengkan kepalanya pelan. "Gak kak! Lo gak bisa gini, lo nembak gue karena mama bukan karena lo suka sama gue," tolak Leta dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Entah kenapa mendengar ucapan dari kak Dev seakan membuat hatinya sesak. Leta mau jadi pacar kak Dev bahkan itu harapan Leta. Tapi kalau dipaksa gini Leta gak mau. Dia gak mau buat lelaki di depannya ini terpaksa karena mengikuti kemauan mamanya.

"Gue pergi kak," lalu Leta pergi meninggalkan kantin dengan menangis. Sontak ini membuat perhatian semua pengunjung kantin.

Dan disini Dev terdiam menatap kepergian Leta.

***
Leta terus terisak di bilik toilet. Entah kenapa ini buat Leta sakit. Kak Dev nembak Leta bukan karena dia suka sama Leta tapi karena suruhan mama.

Leta gak bakal mau sampai kapan pun kalau gitu. Leta mau kak Dev suka sama Leta seperti Leta suka sama dia.

Kalau seperti ini jadinya, Leta berharap setelahnya dia gak akan mau bertemu dengan kak Dev. Dia malu, malu karena dia berharap terlalu lebih apalagi Leta sadar kalau mereka baru dekat beberapa hari yang lalu. Kalau Leta bisa suka sama kak Dev dalam waktu lima detik karena kak Dev waktu itu bantu Leta yang terjatuh pada masa MOS, namun gak akan mungkin bagi laki-laki famous seperti kak Dev suka dalam waktu dekat dengan perempuan yang gak ada apa-apanya seperti dirinya.

Semua itu membuat Leta menunduk sambil terisak tertahan. Ia tidak ingin suara tangisnya terdengar sampai keluar, tapi rasanya makin sakit jika ditahan. Isakan kecil yang tertahan itu masih memenuhi bilik toilet tersebut sampai suara yang Leta hindari ada di pendengarannya.

"Lo bisa nangis di depan gue."

_________________

Lanjut?

Gak jelas banget gue buat part ini T.T

Ini lanjutan dari part 8 jadi aku update double❤️

Jadi, jangan lupa vote dan komen❤️

WILL BE TOGETHER? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang