Chapter 33-Pertunangan

236 16 0
                                    

Hai para reader!!

Apa kabar? Semoga selalu baik dan sehat!!

Siap masuk intinya konflik?

Jangan lupa untuk vote dan komen!!
Plissss dengerin lagu di mulmed dulu ya biar dapet feelnya (udah kek sinetron tv aja😭)

Sebelum baca chapter ini, nih aku kasih pict orang ganteng wkwk biar kalian semangat vote dan komen chapter ini❤️

Sebelum baca chapter ini, nih aku kasih pict orang ganteng wkwk biar kalian semangat vote dan komen chapter ini❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini, Dev terlihat sangat tampan dengan balutan jas berwarna midnight blue dan kemeja putih didalamnya sedangkan bawahannya menggunakan celana bahan yang senada dengan jas yang dikenakan dev

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini, Dev terlihat sangat tampan dengan balutan jas berwarna midnight blue dan kemeja putih didalamnya sedangkan bawahannya menggunakan celana bahan yang senada dengan jas yang dikenakan dev.

Namun, wajahnya sama sekali tak menampakkan senyum yang ada hanya wajah datar di depan cermin besar.

Dev menghela nafas pelan. Berjalan kearah nakas yang berada disamping ranjangnya. Membuka salah satu laci yang berada di nakas tersebut.

Dengan perlahan, Dev Manarik laci tersebut hingga terbuka, Dev menatap sebentar isi yang ada di dalam laci tersebut. Lalu Dev mengambil sebuah kotak beludru berwarna biru tua. Kemudian Dev mengambil isi dari kotak itu lalu menaruh kembali kotaknya.

Dev berjalan kearah kaca kamar yang memperlihatkan suasana diluar rumahnya. Begitu ramai. Lalu tak lama ia menunduk menatap sebuah kalung yang berada ditangannya.

Mengelus sebentar bandul kalung itu lalu mengangkat kalung yang ia pegang setinggi tatapannya. Ini kalung yang pernah Dev belikan untuk Leta. Ia masih ingat dengan syarat yang ia berikan kepada cewek itu. Dev tersenyum masam.

"Tapi gue gak kasih ini ke lo sekarang, belajar yang bener kalo lo pengen gue nikahin, dan kalung itu bisa jadi milik lo."

"Makasih kak! Gue bener-bener cinta sama lo."

"Gue juga cinta sama lo."

"Dev," panggil seseorang dari belakang Dev.

Dev membalikkan tubuhnya, menurunkan kalung tersebut.

Ternyata Della yang memanggilnya. Della berjalan mendekat kearah Dev. Dev hanya memperhatikan kakaknya itu.

"Kalungnya cantik." Puji Della. "Pasti buat cewek yang kamu suka?" Della bertanya yang diakhiri kekehan kecilnya.

Dev berdehem. "Ekhm, acaranya kapan dimulai?"

Della menaikan satu alisnya, bingung dengan pertanyaan dev. Namun Della tersenyum kembali.

"Lima belas menit lagi." Ujar Della.

"Udah siap?" Lanjutnya.

Dev mendengus. "Gue bukan sad boy Kak, berhenti perlakuin gue seolah gue laki-laki yang tersakiti. Disini Dia yang sakit bukan gue." Ucap dev dengan datar.

Della menghela nafasnya. Lalu berjalan lebih mendekat kearah dev. Membenarkan jas yang adiknya pakai.

"Kamu Memang bukan sad boy. Gak ada juga yang bilang kamu cowok yang tersakiti. Disini kakak cuma Mau kasih tau kamu. Cepat atau lambat, Luna bakal tau semuanya. Jadi, siapa yang bakal disakiti Dari hubungan ini?"

"Kamu, Luna, atau cinta kamu?"

"Dari sini kamu paham kan, apa maksud kakak. Berhenti bertingkah sok kuat Tapi kenyataan kamu hancur."

"Dan tinggalin semuanya. Kakak dukung kamu Kalo kamu Mau kabur," Della terkekeh pelan mendengar ucapannya sendiri. Ia tahu adiknya tidak sebodoh itu.

Dev mendengus. "Udah lah sana keluar, gue bentar lagi nyusul."

Della mencibir. "Iya sih, Iya. Yang Mau tunangan Sama sahabat Mah Semangat."

Dev hanya melengos, lalu berjalan ke nakas tadi Dan membuka lacinya, lalu mengambil kotak beludru bewarna biru tua itu dan memasukkan kalung tadi.

Dev menaruh kembali kotak perhiasan itu Dan ia menutup kembali lacinya. Berjalan kearah cermin lalu melihat tampilannya. Karena sebentar lagi acara akan dimulai.

Della yang melihat itu menggelengkan kepalanya. "Gue keluar ya. Ingat perkataan gue, gue dukung lo Kalo lo Mau kabur." Della terkekeh lagi Dan berlalu pergi sebelum terkena amukan Dari sang adik.

Sedangkan dev sudah memberikan ekspresi datarnya. Kakak kurang asem emang.

Dev menghela nafasnya perlahan. Ia berjalan menuju pintu kamarnya yang sudah tertutup kembali. Perlahan Dev berjalan sampai ia berada di depan pintu kamarnya. Tangannya sudah memegang hendel pintu kamarnya. Lalu Dev membuka pintu kamarnya.

Dev berjalan keluar, ia menatap suasana di lantai satu, sangat ramai. Semua tamu undangan serta wartawan sudah berada di sana.

Seharian ini memang ia tidak bertemu dengan Luna. Dev mendengus. Ini acara pertunangan, tapi sudah seperti nikahan.

Dev berjalan menuruni anak tangga rumahnya. Tiba-tiba yang tadinya bising menjadi sedikit sunyi saat Dev menampakkan dirinya. Semua tamu melihat kearahnya.

Dengan gayanya yang manly Dev berjalan kearah sofa yang memang di sediakan untuk keluarga. Dan pada saat itu juga Luna datang dari arah yang berlawanan.

Dengan korsi roda yang didorong Marwa, Luna terlihat anggun menggenakan dress berwarna merah maroon. Dan perpaduan make up yang cocok diwajahnya cantik Luna menambah kesan serasinya kedua pasangan tersebut.

Dev menghampiri Luna, menggantikan posisi Marwa untuk mendorong kursi roda milik Luna. Luna tersenyum senang melihat itu semua. Dan Dev hanya membalas senyum tipis untuk Luna.

Dev membawa Luna ketempat dimana mereka berdua akan memasang cincin di depan banyak orang. Setelah sampai ditempat yang sudah disediakan, Dev mengunci kursi roda Luna agar tidak bergerak. Dev berjalan kedepan Luna, posisi Dev menghadap kearah Luna.

Sang pembawa acara menyuruh semua tamu untuk bertepuk tangan. Dan segera tepukan tangan serta kilatan Blitz menghujani mereka berdua.

Setelah sang pembawa acara menuntun jalannya acara, kini tiba dimana Dev memakaikan cincin kepada Luna dan Luna memakaikannya kepada Dev.

Dev mengambil cincin yang diberikan oleh Reni. Sedikit berat untuk memasang cincin ini di jari manis Luna. Namun Dev memaksakannya, hingga cincin itu tersemat indah di jari manis Luna. Luna tersenyum menatap jarinya lalu bergantian kearah Dev.

Luna mengambil cincin yang diberikan Reni, lalu memasangkan cincin tersebut ke jarinya Dev. Namun tiba-tiba jari Dev yang sudah terulur menjadi turun kebawah. Luna menatap Dev dengan heran.

Dev tidak menyadari itu. Tatapannya hanya pada satu objek yang berdekatan dengan Rendra.

Lihat ia juga menyaksikan.

___________

Lanjut?

Gimana chapter ini menurut kalian?

Chapter ini pendek? Tenang. Aku kasih chapter satu lagi, buat gantiin berapa hari ini aku gak buplish wkwk

Jangan lupa vote dan komen!!

Seeyou!






WILL BE TOGETHER? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang