Chapter 35-Rasa Cinta sang Papa

267 14 7
                                    

Yang kangen Dev Leta mana nih?

Aku yang kangen kalian kek nya wkwk..

Jadi gimana chapter kemarin? Udah ketebak konfliknya gimana?








Dev hampir saja akan mengejar Leta namun panggilan dari Luna menariknya lagi dari magnetnya Leta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dev hampir saja akan mengejar Leta namun panggilan dari Luna menariknya lagi dari magnetnya Leta.

"Dev," bisik Luna.

Dev sadar akan dirinya yang aneh, ia berdehem untuk mencairkan suasana yang sedikit hening ini. Dev menjulurkan jarinya kembali ke arah Luna. Luna tersenyum dan memakaikan cincin yang sama dengan cincin yang ada di jari manisnya. Kini cincin itu sudah melingkar di jari manis Dev.

Semua tamu bertepuk tangan, wartawan juga mulai memotret kedua pasangan yang kini resmi menyandang status sebagai tunangan.

Acara sudah berjalan setengah acara, dan kini para tamu undangan tengah mengobrol sambil memakan hidangan yang ada. Tidak jauh-jauh obrolan pebisnis pasti tentang usaha—perusahaan—keuntungan.

Dev berdiri di depan kaca tembus pandang dengan meminum wine white-nya. Tatapannya lurus kedepan memperhatikan rintikan hujan yang mulai menjadi hujan deras. Seketika Dev memikirkan Leta.

Bagaimana dengan keadaan cewek itu?

Dev tersentak saat bahunya disentuh oleh seseorang, ia menengok kearah belakang. Dan Dev terkejut, namun ekspresi wajahnya menampakkan biasa saja.

"Selamat." Pria yang mulai berumur itu tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Dev.

Dev menatap pria setengah baya itu, lalu bergantian menatap tangannya yang terulur untuk menjabat tangannya. Dengan ragu Dev menerima.

"Terima kasih om," ujar Dev.

Pria baya itu mengangguk-ngangguk.  "Kamu cocok sama tunangan kamu, siapa namanya? Ah ya! Luna!"

"Om, saya tidak berniat menyakiti Leta," ujar Dev dengan serius. Tentu saja Dev tahu ucapan selamat dari pria baya itu menyimpan makna tersirat.

Pria baya itu yang tak lain papanya Leta— Wirawan, tersenyum masam. "Tapi anak saya sakit hati. Saya sebagai papanya merasa tidak menerima."

"Putri saya yang saya besarkan, kalau cuma disakiti laki-laki kayak kamu buat apa?" Tanya Wirawan tentu saja dengan ekspresi meremehkan Dev.

Dev menghela nafas. "Ini gak pernah saya piki—"

"Memang gak pernah kamu pikirin. Seharusnya, pada saat saya mengobrol sama kamu waktu kamu jemput putri saya, kamu pikirin baik-baik omongan saya. Nyatanya apa? Lihat anak saya sakit gara-gara kamu."

"Saya minta maaf om," kini kepala Dev menunduk.

"Maaf kamu, gak bakal balikin senyum anak saya lagi." Ucap wirawan dengan pandangan dinginnya.

WILL BE TOGETHER? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang