÷
Katakan Irene tidak peka. Tapi bagaimana bisa Ia tak merasakan beda saat Seulgi secara terang - terangan menunjukkan sikap posesif yang mana lebih parah dari sebelumnya.
Disini; di koridor kampus yang telah Ia tapaki sekitar 4 detik lalu dengan tangan digenggam erat oleh gadis monolid, Irene menyusuri keramaian mahasiswa dan mahasiswi yang menghabiskan waktu mereka untuk saling mengobrol di tepi lorong.
Seakan menyentil pikirannya, Irene mulai kembali bertanya - tanya; apakah ada sesuatu yang terjadi malam itu?
Belum mencapai satu menit penuh berkutat dengan kalimat tanya mengganjal, Ia sudah dikejutkan oleh pemandangan jauh di depan sana.
Joy.
Bersama satu gadis yang selisih tingginya cukup jauh.
Tapi justru itu yang membuat keduanya tampak serasi. Di mata Irene, postur Joy terlihat sangat mendukung untuk memegang peran sebagai sosok yang dapat melindungi si pirang dengan amat baik. Belum lagi ditambah tawa mereka yang entah bagaimana caranya bisa menggema dan bergetar di gendang telinga Irene walau jarak mereka pantas untuk dikatakan jauh.
Ini tidak benar. Irene merasa sangat salah.
Bukan karena Ia memergoki sahabatnya terlihat nyaman dengan gadis selain dirinya. Tapi karena Irene sadar bahwa nuraninya serta–merta memunculkan keinginam untuk melepaskan genggaman Seulgi di tangannya agar Joy tak melihat.
Bagaimana bisa aku berpikir seperti itu?!
Lantas pertarungan pikiran seakan diperparah kala Joy dan Wendy akhirnya berhenti tepat di depan sepasang kekasih alias dirinya dan Seulgi.
"Hi. Getting closer, I guess?
Irene bahkan menggigit bibir bawahnya tepat setelah mengatakan hal itu; berusaha menyembunyikan gemetar mulut dan kalau boleh jujur, seluruh tubuh.
"Yeah, sejenis itu." Wendy menyerahkan balasan.
"Apakah sebuah kesalahan?"
Tak menyadari tatapan waspada yang Seulgi tembakan pada Joy atas pertanyaan barusan, Irene diam - diam menghadapi peperangan dalam batin.
Hatinya—dengan konyol dan tak berdasar—ingin meneriakkan kata 'IYA!'. Namun logika seolah menekan pendapat itu jauh ke dalam dirinya. Tenggelam dibalik lautan kebimbangan; tempat yang sama nan secara tak langsung mengombang - ambingkan perasaannya.
"Nope. Aku justru lega. Akhirnya kau mau membuka hatimu setelah beberapa tahun, Joy."
"Apakah dekat dengan orang baru berarti aku membuka hati?"
"Of course! Dan persis seperti itu kelihatannya. Am I wrong?"
Joy memang tak pernah salah dengan penilaian matanya. Saat Ia bilang Irene tak peka lebih dari 10 tahun lalu, Ia tahu; itu benar. Ia selalu tahu.
Dan hal itu juga merupakan salah satu alasan Ia mengepalkan kedua tangan di dalam saku sweater hijau gelap yang setia menangkis seluruh hawa dingin nan menerjangnya tanpa ampun. Walau kain tebal itu tak pernah berhasil menolak aura membekukan yang selalu menyerang hati ketika berhadapan dengan pasangan di depan ini.
"Terserah kau saja. Toh aku tak akan menang bila menyanggahmu."
Karena aku memang tidak pernah ingin melawanmu, Bae Joohyun.
÷
Shit! Joy kenapa jadi miris. Aku kasian sendiri :"
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area