÷
"What?"
"Ponselmu menyala tadi pagi dan..."
Tatapannya begitu polos. Matanya yang memantulkan sinar matahari siang ini berkedip beberapa kali, menungguku untuk melanjutkan. Dia terlihat seperti gadis innocent yang berdiri di satu tempat di waktu yang salah sehingga membuatnya menjadi tersangka.
"Dan?"
Dia bahkan masih tak memiliki ide, apa nan akan aku katakan saat aku telah memberinya clue yang paling jelas. Mungkin keputusan ini memang tidak benar sejak awal. Bukankah aku sudah terbiasa menjadi sosok yang selalu percaya padanya? Tapi kenapa hal sesepele ini bisa mengubahku menjadi penuntut?
"Lockscreenmu adalah foto Seulgi."
Aku mengatakannya. Dan aku sendiri tak menyadari bahwa aku menutup mata rapat - rapat setelahnya. Barangkali hatiku juga takut melihat ekspresi marah dan kecewa Joohyun atas sikap kekanakanku.
Hal terakhir nan aku bayangkan akan terjadi adalah dia yang tertawa terbahak - bahak sampai di titik Ia memegangi perutnya sebab ototnya menegang seiring tawanya semakin dihayati.
"Wae? Kau cemburu?"
Yeah, itu benar. Tapi aku menyimpan rasa padanya selama lebih dari 7 tahun. Ini semua tidak sesederhana rasa jealous atau marah atau kesal. Ada terlalu banyak hal di dalam hati yang telah aku bangun selama aku mencintainya sendirian dan perlahan saling berputar menjadi benang kusut.
Hanya Joohyun. Hanya Joohyun yang bisa menguraikan dan menatanya kembali menjadi susunan - susunan perasaan yang rapi dan tertata. Aku benci mengakuinya tapi aku pun sadar jika aku mulai bergantung padanya, waktu demi waktu.
"Itu juga. Mungkin kata 'takut' lebih akurat. Kau tahu, Hyun? Kau tidak perlu berkencan denganku jika tidak ing—"
"Yaa~ Apa yang kau katakan? Dengar, Soo. Kau yang paling tahu aku, luar dan dalam. Kau pun paham aku tidak pernah ingin repot - repot mengubah wallpaper atau semacamnya. Aku tidak tertarik dan kau tahu itu. Seulgi yang menggantinya jadi..."
Aku sedikit menundukkan kepala, menatap beda persegi panjang mahal di tangannya yang Ia sodorkan tepat di depanku; menggoyang - goyangkannya seolah mengisyaratkan aku untuk megambilnya.
"Ini. Kau bisa menggantinya sendiri kalau kau ingin. Kau bahkan tak perlu meminta ijin, aku akan selalu membiarkanmu."
Bodoh sekali. Bagaimana bisa aku melukai perasaannya dengan hal sekecil ini?
Daripada mengambilnya, aku kini lebih memilih untuk meraih tubuh kecilnya. Menyembunyikan wajahnya ke ceruk leherku sementara aku sendiri berkali - kali menciumi sisi kepalanya dengan lembut.
"Maafkan aku."
Aku ingin menjabarkan dengan semua kata, kenapa aku melakukan itu. Tapi mengetahui bahwa segalanya hanya akan terdengar seperti alasan, aku menguburnya; meninggalkan dua kata tersisa untuk diucapkan. Mataku tertutup perlahan, menikmati angin meniup wajahku serta menggoyangkan rambutku, kala aku merasakan sesuatu melingkar di pinggang secara perlahan.
"Tidak apa. Aku mengerti, Soo."
Seberapapun aku berusaha berlaku layaknya pihak dewasa diantara kami, aku akan selalu berakhir menjadi anak kecil. After all, mungkin usia memang mempengaruhi.
Dan sial sekali. Karena untuk pertama kalinya gadis ini membuatku blushing.
"Lagipula kita sudah melakukan banyak hal tadi malam. Jika aku tidak memiliki rasa padamu, aku tidak akan membiarkan kau mengukungku semalaman. Iya, 'kan?"
Shit.
÷
Oh iya gengs, buat asik2an aja, aku mau tanya. Chapter favorit kalian yg mana?
Kalo aku sih yg #10, #26, sama #28.
Pas aku baca ulang aku bisa kayak "eh? Ini aku yg nulis???"
Sesuka itu sama bahasa yang aku tulis sendiri + emosi yang aku bangun disitu aowakwokkkRegards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanficJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area