#31. Back

726 76 8
                                    

÷

Brr...

Joy yang tak dapat menyembunyikan senyumnya, menarik selimut putih tebal supaya dapat kembali menutup tubuh mungil di sebelahnya dengan lebih baik sebelum mendaratkan tangannya sendiri di punggung polos gadis tersebut; mendorongnya pelan seiring gadis itu bergerak dengan sendirinya, semakin masuk dalam dekapan si semampai.

Baginya, hari ini menjadi yang paling indah. Semua hal favoritnya berada pada satu tempat di satu waktu yang sama. Hujan, harum parfum vanila, kebebasan berbaring tanpa ada jadwal menunggu, dan tentu yang paling utama adalah sosok bernama Bae Joohyun disisinya. Tak ada yang bisa mengukur seberapa besar kebahagiaan serta rasa syukur yang Ia panjatkan berulang - ulang kali dalam hati.

Tapi tak lama. Tidak ketika Ia melihat ponsel Irene menyala, menampakkan foto Irene dengan Seulgi nan dulu pernah Ia ambil dan kirimkan pada Irene kala mereka masih berhubungan, masih menjadi lockscreen ponsel gadis mungil itu.

Senyumnya memudar, pelukannya melonggar, hatinya sesak. Ia pun baru ingat bila Irene sama sekali belum pernah mengatakan perasaannya yang sesungguhnya. Irene hanya mendeklarasikan bahwa mereka akhirnya berkencan tapi belum ada satupun kata semacam cinta atau bahkan sayang nan Ia ungkapkan pada Joy.

Pikiran buruk perlahan memenuhi kepalanya, membuatnya hampir meledak jika Ia lupa ada seseorang dalam dekapan saat ini.

Bagaimana jika ternyata semua hanya mimpi?

Tidak. Mimpi rasanya masih mendingan. Tapi bagaimana bila ternyata Irene memilihnya dibanding Seulgi hanya karena rasa iba? Itu terasa jauh lebih menyakitkan dari yang Ia bayangkan sekarang. Jatuh ke kebahagiaan semu merupakan satu - satunya ketakutan Joy selama Ia menyimpan rasa. Rasa cemas tersebut tak pernah hilang. Hanya terkadang muncul dan tenggelam. Dan ketika sesuatu mulai tampak ganjal, Ia tetap akan menekan ego di dalam dirinya supaya tidak secara tak sengaja menyakiti Irene.

Ia jelas ingin bertanya. Apa yang sebenarnya hati Irene rasakan ketika bersamanya? Kenapa wajah familiar itu masih terpampang nyata di layar ponselnya? Apakah sesulit itu untuk mengembalikan ucapan 'i love you' nan selalu Joy utarakan di waktu yang acak?

Joy ingin semuanya menjadi jelas sehingga tidak perlu ada hati yang tersakiti untuk kesekian kali. Tapi disaat Ia merasa terluka pun, Joy secara tak sadar memposisikan dirinya sendiri, berdiri di titik dimana Ia menanggung kewajiban membahagiakan satu pribadi tak peduli seberapa kusut tali - tali yang membentuk perasaannya.

Lalu di saat Irene harus pulang, menghabiskan sisa waktu mereka di negara ini dengan keluarganya masing - masing, Joy memutuskan untuk menelan seluruh kalimat - kalimat tanya tersebut.

Benar. Menggenggam tangannya seperti ini saja sudah lebih dari cukup, bukan?

"Lagi - lagi kau merenung. Kita hanya berjalan mengelilingi kota, apa yang kau pikirkan?"

Tapi mungkin untuk kesempatan kali ini, hati memenangkan persaingan. Berhenti di dekat sebuah taman dengan tangan saling tertaut, Joy perlahan mengangkat wajahnya. Menatap Irene dengan pandangan serius nan membuat gadis kecil itu mengangkat alisnya bingung.

"Hyun, apa kau... sungguh memiliki perasaan padaku?"

÷

Habis seneng langsung dijatohin. Maapkan authorrr 🤭🤧

Regards
- C

Serpentine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang