÷
Tap tap tap!
Joy selalu suka hujan. Suaranya, bau tanahnya, suasananya, hawa dinginnya. Segala hal tentang hujan entah kenapa berhasil mengusir kecemasan dalam hati; membuatnya rileks.
Tapi untuk pertama kali Joy membencinya. Untuk pertama kali Joy tidak suka hujan datang. Hanya karena panggilan dari Yerim beberapa menit lalu, tepat 3 detik usai Joy keluar dari kelas, mengatakan bila Irene terserang demam hingga tak kuat untuk bangun. Dan sialnya, hujan tetap tidak ingin sedikit saja mengerti Joy.
Tak membawa payung, lupa menyiapkan mantel hujan atau apapun yang bisa digunakan sebagai pelindung dari tetesan air, merupakan penyesalan Joy sepanjang Ia melangkah menembus padatnya jarak antar butir - butiran nan sebentar lagi sukses menusuk kulit Joy dengan rasa dinginnya.
Jauh dari ekspektasi.
Tepat ketika Ia menjulurkan telunjuk ke arah angka - angka pada kunci digital lalu masuk dengan sedikit tergesa, segalanya terlihat berbeda dari yang Ia bayangkan. Di dekat dapur, berdirilah Irene mengenakan celana kain selutut dan kaus, memegang mug dengan dua tangan bersama wajah kebingungan serta agak terkejut. Joy tak peduli dengan gadis nan saat ini tengah memeriksa penampilan dari sepatu kets putih kotornya, sweater hijau gelap basah kuyup, sampai rambut panjang saling menyatu menjadi kusut.
"Park Sooyoung."
"Yak! Kenapa kau... Yerim bilang kau demam!"
Tak lama, si biang masalah keluar dari kamar Irene seraya menunjukkan ringisan lebar namun langsung terganti oleh ekspresi terkejut melihat penampilan Joy begitu kacau.
"Eonni, kau tidak membawa payung?"
"Stupid! Kalau aku bawa aku pasti tidak akan seperti ini!"
Joy hanya pasrah. Toh dia sudah sampai, kalau pergi lagi bukankah hanya akan membuat keadaan diantara dirinya dan Irene semakin memburuk? Cepat atau lambat dia harus menghadapinya. Sekarang atau nanti atau besok atau bahkan tahun depan, tidak akan ada bedanya jika jawaban Irene tetaplah "tidak". Iya, 'kan?
Berjongkok untuk melepaskan ikatan sepatunya, Joy paham bila Yerim ada disekitar, sudah pasti Ia digoda habis - habisan. Apalagi Irene sudah tau tentang perasaannya, Yerim tidak akan menahan lagi hasrat untuk menjadi nakal.
"Tapi kan kau bisa datang saat reda. Aku pun masih disini, Eonni. Kenapa harus hujan - hujanan seperti itu?"
Entahlah. Mungkin Joy sudah cukup lelah dengan jadwal padatnya minggu ini. Belum lagi pikiran tentang Irene seolah menambah beban lain di otaknya jadilah candaan Yerim tampaknya tidak bisa diterima dengan baik oleh dirinya.
Joy pun berdiri. Melangkah tanpa memperdulikan jejak basah kakinya untuk mendekati Yerim lantas dengan wajah lelah dan senyuman kecil, Joy menyentil dahi gadis itu pelan.
"Kau tahu 'kan sekarang bukan saat yang tepat, bermain - main dengan topik ini?"
Kemudian berlalu memasuki kamar mandi di kamarnya, meninggalkan secuil rasa bersalah di hati Yerim juga bonus tatapan tajam dari Irene nan masih terdiam dekat meja makan.
÷
Habis ini gengsss 🤭
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanficJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area