÷
"Joy—"
"Irene! Just... don't, please."
Mata Irene tampak membulat sesaat, melihat Joy berhenti dari aksi melewati dirinya hanya untuk melemparkan tatapan memohon kala Irene mencekal lengan atas gadis tinggi tersebut; berusaha mencegah Joy dari—yang Ia pikir—luka lama sang sahabat. Cengkeraman tangan mungilnya di bisep Joy mengendur sampai akhirnya jatuh begitu saja seolah tak memiliki sisa tenaga sedikitpun. Ada secuil rasa khawatir bercampur kecewa tepat ketika Ia melihat Joy hilang dibalik pintu nan perlahan tertutup, bersama Yerin tentunya.
"What the hell are you doing here?!"
Berbeda dari bayangan di kepala Irene, adegan sesungguhnya nan tak pernah diketahui oleh gadis mungil itu adalah Joy yang tak memberikan waktu bagi mantan kekasihnya untuk sekedar mengambil nafas setelah dipaksa berjalan cepat menuruni tangga dan berhenti di pinggir taman belakang gedung.
"Kau tinggal dengan Irene di satu apartemen? Seriously?!"
Salah langkah.
Garis rahang Joy yang mendadak tampak mengeras usai Yerin menyelesaikan kalimatnya sudah cukup menjelaskan bahwa Joy telah muak atas semua ini.
"Kau bahkan tidak sadar bahwa kau tak memiliki hak untuk menanyakan hal itu, huh?! Kau bukan berada pada posisi dimana kau bisa memprotes."
Sungguh, melihat alis Yerin yang menukik, mengindikasikan bila bukan hanya dirinya nan menahan emosi, sungguh membuat Joy ingin menenggelamkan manusia tersebut saat ini juga.
Tidak tahu diri, batinnya.
"Don't you dare playing victim! Ini bukan seperti hanya aku yang salah. Aku tahu hanya dengan memperhatikan gerak - gerikmu. Kau bahkan tidak pernah terlibat dalam hubungan kita dulu! Kau—"
"I'VE TRIED!!!"
Seiring tatapan keduanya yang terlihat melemah usai bentakan Joy seolah menampar perasaan Yerin, hanya angin nan setia menemani sore mereka hari ini. Tidak ada siapapun yang ini mengalihkan pandangan; saling menyampaikan luka lewat mata.
"I've tried to love you, Jung Yerin. Tapi bukan menjadi alasan bagimu untuk mencari orang lain selagi aku masih mencoba. Aku mencoba sangat keras dan semua yang aku dapatkan hanyalah luka."
Kali ini Yerin kalah sepenuhnya. Mata Joy yang mulai mengkilap sebab cairan terkumpul di pelupuk seakan lebih dari cukup menjabarkan penderitaan dan perjuangan yang sudah Joy lalui untuk membahagiakan dirinya. Lantas ketika Ia membuka mulut, hendak menyampaikan sesuatu nan lebih realistis, Joy sudah lebih dulu menghujamnya dengan kenyataan nan levelnya jauh diatas pertahanan Yerin.
"Kita sudah selesai, Rin. Tidak ada yang bisa diperbaiki. Kau pun tahu itu."
÷
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area