÷
Malam tiba. Tidak ada yang menemani Irene maupun Joy dalam menyantap makanan di meja makan dua kursi nan saling berhadapan selain keheningan. Dentingan yang ditimbulkan atas benturan sendok dengan piring tiba - tiba terasa lebih jelas di telinga; menyesakkan dada sebab keduanya tahu ada hal nan tidak baik - baik saja di sekitar.
"Yerin. Apa yang dia maksud saat mengatakan bahwa kau melakukan hal yang lebih kejam?"
Setelah menguras keberanian dalam diri yang nampaknya tinggal setetes, Irene menggenggam erat alat makan di tangan sebagai pelampiasan ketegangan. Ia hanya takut; takut mengundang emosi Joy kembali mengambang seperti petang tadi.
"Tidak ada. Dia hanya emosi melihat kau ternyata satu apartemen denganku."
Benar saja. Sekilas Irene melihat Joy menusukkan garpu keatas sayurannya dengan amat brutal. Tapi entah kenapa Irene tidak benar - benar puas; seolah ada hal besar dibaliknya nan Ia ingin sekali ketahui. Maka dari itu Irene kembali membuka mulutnya.
"Kita sudah pernah saling berjanji, tidak ada kebohong—"
"Rene, saat aku bilang tidak ada apapun, itu berarti memang tidak ada."
Skakmat.
Irene dibekukan dengan satu kalimat. Bukan hanya karena adanya bumbu kesinisan disana, namun juga sebab Joy tahu - tahu mengangkat kepalanya setelah menunduk berpuluh - puluh menit, hanya untuk menusuk Irene dengan tatapan tajamnya.
Irene pernah mengalami ini. Tepat ketika Joy putus dengan Yerin hari itu. Dan Irene pun tahu Joy berbohong. Ada satu variabel sebagai indikasi kekacauan hati di balik ekspresi tegas itu. Memahami bila Joy pun juga menginginkan privasi, Irene mundur.
"Sorry. Aku hanya... aku serius, Rene. Tidak ada apa - apa. Semua sudah selesai."
Tapi ini adalah Joy. Seberapapun Ia ingin bersikap kasar pada Irene, pada akhirnya kata hati yang tetap menuntun aksinya.
Maksudnya, siapa juga orang yang bisa membentak sosok nan begitu dia cintai?
"Aku tahu. It's okay."
Tapi mungkin melakukan ini di titik terlemah dirinya bukanlah sesuatu yang sangat salah. Joy membalik tangannya diatas meja setelah Irene menaruh telapak dipunggung tangan Joy hingga mereka berakhir saling menggenggam.
Ya. Barangkali usapan kecil dari ibu jari mungil sang pujaan hati sudah lebih dari cukup.
Aku mencintaimu, Rene. Sangat.
÷
Mau kasih bonus bentar. Salah satu foto Joyrene favoritku ehehehe..
I mean, semua foto Joyrene buatku itu favorit, makanya aku bilang 'salah satu' wkkwwkwkRegards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area