#63. Guilt

351 48 4
                                    

÷

Mungkin sudah hampir 3 bulan berlalu. Entahlah, aku tidak mau menjumlah. Melakukan hitungan sama saja seperti aku menyakiti diriku beribu - ribu kali lipat. Hanya 3 bulan menjalani kehidupan normal seperti dulu saat kami belum menjadi kekasih—atau mungkin lebih tepatnya saat Joohyun belum menyadari perasaannya—bagiku sudah terasa seperti berabad - abad.

Pada kenyataannya, segalanya terasa lebih mudah saat aku berpikir bahwa cintaku tidak terbalas. Karena hanya aku yang terluka kala itu.

Sekarang malah tidak ada yang tidak tersakiti.

Takdir itu kejam. Dan aku benci bagaimana dia mempermainkan rasaku dan hubunganku dengan semua orang yang aku sayangi.

Waktu berjalan sangat lama namun juga begitu cepat bagiku.

Sidang skripsi yang telah di setujui dan akan kulaksanakan minggu depan menjadi bukti lain bahwa telah cukup lama aku memisahkan diri dari lingkup keseharian Joohyun.

Ah, dan dia melakukan skripsinya hari ini. Di dalam ruangan yang kini tepat berada di depan mataku.

Bodohnya aku. Apa yang aku lakukan dan harapkan dengan duduk di bangku kayu bergaya vintage ini?

Menunggunya?

Untuk apa? Toh jika kami saling memeluk pun, tidak ada cara untuk kembali.

Jalan cintaku rumit. Mungkin nasib tidak suka melihat aku tersenyum. Tapi ya sudahlah. Pernah mengecap bagaimana rasanya ketika cinta sepihak, terbalaskan saja menurutku lebih dari cukup. Barangkali ini juga akibat dari keserakahanku nan meminta lebih dari sekedar status 'kekasih'.

"Menunggu lagi?"

Jika orang lain melihatku menunduk ketika lelaki ini duduk dan berbicara padaku, mereka akan mengira aku tidak sopan. Tapi sosok ini saja tak mempedulikan itu.

Dia Doyoung.

Sejujurnya aku telah berteman dengannya sejak lama. Namun entah apa yang membuat kami menjadi lebih dekat dari sebelumnya, aku pun tak mengerti. Dia juga tahu bahwa aku tidak tertarik dengan pria. Semua orang sudah tahu. Maka aku akan membiarkan lelaki manapun mendekatiku. Karena aku sudah tahu bahwa mereka telah mengerti.

"Kau tahu, Joy? Cinta satu pihak itu memang menyakitkan. Tapi ketika seseorang sadar bahwa dia telah merusak hubungan sepasang kekasih nan saling mencintai, itu akan jauh lebih menyiksa. Dia akan digerogoti rasa bersalah seumur hidupnya."

Jika kalian mengira Doyoung sudah tahu alasan mengapa aku dan Joohyun putus, maka kalian pintar dalam menebak.

Dunia ini sempit. Aku bahkan tidak paham bagaimana caranya adik Doyoung—Haechan—bisa menjadi sahabat dekat Yerim. Jelas sekali Doyoung tahu dari adiknya yang mendapat curahan hati dari Yerim.

"Tapi, Do. Dia masih mu—"

"Yeah, aku hanya mengatakan. Segala keputusan tetap ada padamu, bukan?"

Aku pernah merasakan semuanya. Cinta bertepuk sebelah tangan, juga rasanya ketika rasa bersalah muncul akibat tindakan nan kulakukan yang kukira benar. Dan ucapan Doyoung barusan pun tidak sepenuhnya salah.

Tapi...

Apakah Yerim akan sungguh baik - baik saja?

÷

Regards
- C

Serpentine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang