÷
D–Day.
Hari ini penentuannya. Bukan tentang kemenangan atau pengakuan atau piala atau apapun yang berhubungan dengan lomba. Hari ini adalah penentuan tentang perasaan. Mungkin aku sudah mendapatkan jawabannya. Tapi kembali pada ucapan Yerim hari itu, aku sepertinya harus benar - benar berpikir kali ini.
Jantungki berdegup cepat. Entah karena apa, tapi jelas bukan karena aku akan menari bersama Seulgi. Bahkan sejak awal aku bertemu tatap dengannya di ruang tunggu peserta beberapa menit lalu, aku selalu berusaha menghindari kontak fisik dengan perempuan itu.
Aku tahu, aku tahu. Pasti terlihat konyol sekali berhubung aku akan banyak bersentuhan dengannya diatas panggung. Tapi bukan itu. Walau Sooyoung sudah menetapkan hatinya dan mengatakan bahwa Ia tidak ingin—tidak bisa—datang, aku seperti merasakan adanya rasa mengganjal. Seperti sesuatu tengah mengawasi. Rasa bersalah mungkin? Entahlah.
"Kau menghindariku."
Aku sudah tahu sesuatu semacam ini akan terjadi juga pada akhirnya. Dia—Kang Seulgi—duduk disisiku tanpa mempunyai minat untuk menatap atau bahkan sekedar melirik. Tidak memiliki waktu mengamati ekspresinya, aku merasakan ada hal yang bergejolak di dalam. Amarah sepertinya.
"Kau mengganggu hubunganku!"
Oh, seriously? Duo macam apa ini?! Bertengkar tepat 10 menit sebelum kami dipanggil keatas panggung? Lucu sekali. Dia juga tak nampak ragu kala mengembalikan tatapan tajam itu.
"Dan kau menelfonku untuk melanjutkan kompetisi. Bagaimana dengan itu?"
Dia... terluka.
"Karena semua yang bisa kau lakukan hanya lari! Egois dan selalu memikirkan dirimu sendiri."
Bukti lain dari ucapan Yerim. Aku memang semengerikan itu. Mengingatkan pada bagaimana aku mengambil keputusan sepihak untuk meninggalkan Seulgi tanpa kata - kata nan mendeklarasikan bahwa kami sungguh sudah berakhir. Aku meninggalkannya terkatung tidak tahu menunggu apa.
Yang dia lakukan hingga mungkin tanpa sengaja merusak ikatanku dengan Sooyoung semua hanya karena Ia ingin kembali. Bahkan jauh dari itu, Ia hanya butuh kepastian. Dan di tempat lain aku bersenang - senang tanpa tahu ada luka nan masih terbuka disini.
"Maafkan aku, Seul."
"Jadi kau hanya memperalatku dengan kompetisi ini untuk meyakinkan keputusanmu, begitu?"
Aku tidak tahu bahwa pembuatanku akan terdengar begitu keji ketika dijabarkan dengan cara begini.
Tapi aku sungguh tak tahu harus mengucapkan apa selain—
"Aku benar - benar minta maaf."
÷
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area