÷
Ini keputusan yang salah. Mungkin. Karena begitu melihat wajah di depanku, tidak ada hal lain yang kurasakan selain amarah. Tapi aku tidak bisa melampiaskannya. Karena—
"Kau bilang sendiri kau akan menerima konsekuensinya."
Wendy. Aku kira di melupakan segalanya. Tapi mengingat dia ada disana malam itu namun tetap membiarkan Seulgi mencoba menggoyahkan Irene, aku jadi tahu, ada dendam di hatinya yang disebabkan oleh perbuatanku sendiri. Meski aku tak melihat wajahnya kini, aku sadar bahwa Ia pun tersenyum meminta maaf kala mendengar kekehan kecilku; tanda bahwa aku salah telah menyepelekan siapapun.
"Diantara semua orang, aku pikir tidak mungkin kau, Wen."
Seperti biasa, kutatap pemandangan di depan sebelum beralih pada langit cerah tanpa awan yang terlihat menentang keras perasaanku saat ini. Mereka tampak indah dengan warna biru cerah itu. Berbanding terbalik dengan hatiku yang tengah terjadi badai besar; mengacau - balaukan segala kebahagiaan nan tertata beberapa bulan terakhir.
"Kau mungkin akan melakukan hal yang sama jika menjadi aku. Dengan buta membiarkan segala hal terjadi sesuai keinginannya. Karena kau mencintainya."
Oke, ini memuakkan. Bersama dengannya terasa menyebalkan karena kini ingatan yang terputar ketika aku bersama Wendy bukan lagi keramahan atau pengertian, namun rasa sakit. Saatnya menjadi egois. Mungkin.
"Nope. Aku mencintainya tapi aku bukan iblis. Aku pasti menghentikan dia ketika yang akan dia lakukan mungkin menyakiti seseorang."
"Dan meletakkan kesalahan pada dirimu sendiri? Bodoh."
"Apa?"
Aku sudah berdiri dan berbalik memunggunginya saat ucapannya mengundang rasa ingin tahuku. Aku kira aku hanya salah dengar. Tapi ketika dia dengan santai menoleh padaku bersama senyum pedih dan sorot mata terluka itu, dia jauh lebih menghancurkanku dengan kata - kata nan dia ucapkan berikutnya.
"Kau merebutnya, after all. Kau yang melakukannya lebih dulu. Benar, 'bukan?"
Deg.
Entah kenapa jantungku serasa meloncat dari tempatnya. Segala umpatan yang siap aku tembakkan ke depan wajahnya seketika hilang digantikan ekspresi konyol seolah baru saja kehilangan jiwa. Hatiku serasa dipukul sangat keras bersamaan dengan paru - paru nan seolah diremas sampai udara di dalamnya habis.
Am I?
Apakah aku merebutnya?
Karma?
÷
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area