÷
"HOW DARE YOU?!"
Angin sore ini berhembus cukup kencang. Namun tak cukup keras untuk memadamkan emosi nan tengah membakar pikiran Joy. Tidak pakai logika, tak menggunakan tata, Joy menarik kerah Seulgi kasar lalu melempar tubuh Seulgi ke gedung olahraga belakang kampus.
Sepi. Tak ada siapapun selain Joy dan Seulgi.
Oh, ada satu orang yang setia mengikuti.
Wendy. Gadis itu menahan punggung Seulgi agar sahabatnya tak terjatuh akibat gerakan tak berperasaan Joy.
"Joy!"
Jelas itu adalah suara Wendy. Siapa juga yang ingin melihat orang nan dicintai terluka? Tepat. Tidak ada.
Joy pun tahu, alasan Seulgi membiarkan dirinya diseret seperti hewan biadab adalah karena Seulgi sendiri sudah paham kesalahannya.
"Siapa kau, berani mendiktenya? KAU SIAPA, BERANI - BERANINYA MENGATAKAN APA YANG DIA RASAKAN, HUH?!"
Menangkap Seulgi yang malah dengan santai merapikan bajunya, semakin membuat Joy lepas kendali. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan hingga Ia kembali mencengkeram kerah kemeja merah gadis monolid di hadapan. Kali ini dengan dua tangan.
"Bukankah seharusnya kau berterima kasih? Sekarang dia sudah tahu perasaanmu sesungguhnya, bodoh."
"Berterima kasih? Kau kira aku ingin dia tahu? Aku pikir kau pintar, Kang Seulgi. Ternyata kau hanya gadis dangkal dengan aksi pikir pendek dan teledor! KAU MEMBUAT DIA TERKATUNG - KATUNG DI PERASAANNYA SENDIRI, YOU STUPID!"
Wendy yang awalnya masih meletakkan telapak tangan diatas lengan Joy supaya gadis tinggi tersebut melepaskan remasan di kerah Seulgi, mengambil langkah mundur saat Ia mulai sadar apa yang terjadi; berharap Joy tidak membalas dendam dengan melakukan apa yang Seulgi lakukan.
"Lalu?"
"Mwo?!"
Joy tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar. Nadanya seolah Seulgi... tidak peduli. Dan itu jelas bukan yang Ia harapkan dalam situasi setegang dan sepanas ini.
"Joy, aku menyayanginya. Aku tidak bohong soal itu. Tapi tanpa Irene sadari, dia sudah tidak yakin bahkan sejak kami memulainya. Aku juga tersakiti karena hal ini, kau tau?!"
Joy tiba - tiba saja melepaskan cengkeramannya. Membiarkan keduanya jatuh di sisi badan bersamaan dengan ekspresi lelah yang Ia tunjukkan; tidak habis pikir atas alasan Seulgi melakukan semua hal ini.
"Jadi seperti itu. Karena kau merasa dirugikan, kau memilih untuk membalas dendam dengan semakin memburamkan hatinya? Membuatnya lebih bingung walau kau tahu dia telah bimbang sedari awal, begitu?"
Jujur saja Seulgi memang berpikir seperti itu. Namun cara Joy menjabarkan hal ini membuat hati Seulgi mencelos; seolah - olah Joy baru saja memberitahu seberapa jahat dirinya.
"Joy, aku—"
"Baiklah. Aku sudah paham sekarang. Kau tidak sehebat yang kupikiran, Seul. Aku hanya kasihan pada Wendy."
"Apa? Apa maksudmu?"
Joy adalah tipe gadis yang terlalu baik. Dia sangat tidak suka menyakiti orang lain. Sekecil apapun. Tapi untuk kali ini Joy membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa bersalah lain ketika melihat Wendy menggelengkan kepala pelan dibelakang Seulgi; mengisyaratkan Joy untuk membatalkan apapun rencana yang akan Ia lakukan sebagai pembalasan bagi Seulgi. Joy sudah bertekad. Ia akan menanggung kesalahan ini meski Ia pun tahu, itu tak berpengaruh pada hubungan dua orang di hadapan, nantinya.
"Setelah ini aku pastikan kau akan berakhir seperti Irene; terombang - ambing diatas perasaanmu sendiri saat tahu sahabatmu mencintaimu. Nikmatilah"
Dengan itu Joy berbalik. Meski amarah masih bersarang, tapi Ia pergi. Setengah hati merasa puas namun sisanya dilahap oleh rasa bersalah.
Kita lihat siapa yang akan baik - baik saja setelah semua ini.
÷
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area