#37. Broke Again

446 68 9
                                    

A.N. Pertama, baca judulnya.
Kedua, persiapkan hati
Ketiga, tahan diri biar ngga misuh
🤭🤭🤧🤧

÷

Dibalik ketenangan yang tereprentasikan di paras memukau seorang gadis dengan gelas berisi cairan kuning bening terjepit diantara jari tengah dan telunjuknya, sesungguhnya ada rasa sesal begitu besar nan disembunyikan secara amat rapi dibaliknya.

Sesal karna tak menganggap penting cerita ayahnya yang selalu menjabarkan bahwa putri sulung dari teman dekatnya yaitu Mr. Kim terlalu suka berkelana sehingga jarang pulang ke negara sendiri; ternyata adalah seorang Kang Seulgi. Segala fakta diperparah sebab Joy baru mengetahui bila kakak perempuan yang selalu Yerin sebut - sebut dulu saat mereka masih berhubungan adalah Seulgi. Sudah cukup buruk, masih ditambahi rasa kesal mendalam usai Joy menyadari dulu dia sangat sering mengabaikan gadis rambut pirang bersuara malaikat yang mungkin sudah sampai ratusan kali ayahnya sebut.

Baru kali ini Joy merasakan sendiri implementasi dari kata - kata "dunia itu sempit" dengan kesan mengerikan nan jauh dari yang sering orang - orang ceritakan bersama senyum cerah mereka.

Lalu kini dia dengan bodohnya melepaskan genggaman Irene; membiarkan Seulgi mengambil perhatian kekasihnya untuk sementara waktu di taman belakang rumah dengan kedok ingin menyelesaikan segalanya secara baik - baik.

Irene maupun Joy sendiri tahu bahwa Seulgi merupakan luka terbesar Joy. Karena ketika Seulgi berada di sekitarnya, seluruh ketegasan yang selama ini selalu Joy miliki mendadak hilang seolah diserap perempuan monolid itu. Rasa bersalah akibat secara tak langsung merusak hubungan Seulgi dan Irene tak pernah sekalipun pergi dari hati Joy. Ia selalu ingin marah dan menyembunyikan Irene dibalik lengannya ketika Seulgi ada di dekatnya. Tapi mengingat bagaimana Seulgi merelakan Irene bersamanya membuat Joy tak bisa berkutik lagi. Amarah dan rasa bersalah yang bertarung di dalam, sungguh seperti menggerogoti perasaannya secara perlahan.

Dan disinilah dia. Berada di halaman depan rumah, menatap beberapa mobil nan terparkir rapi dengan sorot mata hampa. Kepalanya serasa dipukul keras setiap mendengar suara detikan jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan kanannya nan semakin tajam seiring pikirannya juga semakin kosong. Entah Ia harus berterimakasih pada gadis yang riba - tiba berjalan cepat ke arahnya, terseok akibat ditarik kasar oleh gadis lebih muda nan familiar bagi Joy.

"Soo, aku ingin—"

"Eonni, jangan dengarkan dia!"

Sebuah pemandangan asing yang pertama kali Ia lihat ini, entah kenapa membuat jantung Joy beedebar cepat. Dua perempuan berinisial Y yang Ia pikir tak saling tahu, kini malah sama - sama menautkan alis seraya melontarkan tatapan tajam satu sama lain.

"Soo, dia—"

"Diam!"

Joy bahkan harus memutar tubuhnya saat melihat Yerim sedikit membentak Yerin sambil menarik pergelangan tangan gadis itu jauh lebih keras dari sebelumnya.

"Yerim, it's okay. Kau bisa mundur."

"Eonni, seriously. Jangan—"

"Yer, I said it's okay."

Tatapan serius Yerim berangsur melembut digantikan lengkung alis mengarah keatas seolah Ia takut akan reaksi Joy. Lantas ketika Joy beralih menatap mantannya, Yerin tahu bila itu kode bahwa Ia bisa mulai berbicara. Maka dari itu, Yerin menyodorkan sebuah video pada Joy.

"Aku bukan bermaksud menganggu hubunganmu dengan Irene. Tapi apa kau yakin dia mencintaimu?"

Joy tidak ingin repot - repot mempedulikan ucapan Yerin dan langsung menekan icon segitiga di tengah layar ponsel nan kini ada di genggamannya; memutarkan adegan dimana Irene mabuk berat sampai meracau tak jelas. Semua tampak tenang sampai Joy sadar apa yang sedang Ia lihat.

Hari itu. Hari dimana Irene secara gamblang mengatakan bahwa dia tak ingin kehilangan Joy. Sebuah ucapan yang secara tak Joy sadari membuat dirinya hanya ingin menyerahkans seluruh hatinya pada Irene walau Ia tahu Ia memiliki Yerin saat itu. Dan Ia pun ingat bagaimana alasan Ia memutuskan Yerin ditutup oleh Yerin sendiri yang berselingkuh. Menjadikan hubungan gelap Yerin sebagai kedok padahal tujuan rencana awalnya hanya jujur pada Yerin. Dan disaat video mencapai detik terakhir, Joy mulai berpikir; apa alasan Yerin memberitahunya tentang hal ini.

"Apa yang—"

"Irene tahu video itu, Soo. Aku dan kau pun juga sadar bahwa itu terjadi 3 hari sebelum kita putus. Bagaimana jika dia mau denganmu karena rasa bersa—"

"Stop."

Joy mendapati dirinya sendiri terhuyung sampai harus menemukan tembok terdekat untuk dijadikan tumpuan. Sampanye di dalam gelasnya tumpah sedikit sebab guncangan tak terduga barusan. Ia bahkan tak ragu menyodorkan kembali ponsel Yerin walau ekspresinya sudah sangat kacau. Memaksa dirinya sendiri untuk menatap Yerim nan tampak kahwatir di belakang Yerin, Ia semakin dihancurkan oleh anggukan Yerim; mengiyakan perkataan Yerin tadi yang menjelaskan bila Irene telah melihatnya.

Rasa sesak cepat menjalar dari dada ke seluruh tubuhnya. Ia tiba - tiba merasa diikat dengan tali dengan sangat erat hingga untuk bernafas saja sulit. Dan satu kesadaran seolah menampar otaknya, lantas Ia berusaha dengan keras menyeimbangkan tubuhnya sendiri sebelum berlari ke arah taman belakang.

Dan semuanya selesai.

Segala keraguan terbukti di depan matanya. Seluruh mimpi buruk yang terus meghantuinya kini terjadi begitu saja tanpa Ia sempat mempersiapkan diri. Hatinya pecah diiringi kekalutan nan perlahan menghampiri pikirannya ketika sepasang mata menangkap Seulgi tengah mencium pipi Irene. Tapi bagi Joy, bukan hal itu bagian terburuknya melainkan kenyataan bahwa Irene bahkan tak berusaha sedikitpun untuk menolak, menghindar, atau mendorong Seulgi sekalipun hanya menggunakan kuku jarinya.

Irene diam disana. Membiarkan semuanya berjalan tanpa tahu Joy berdiri di ambang pintu kaca, menahan cairan yang sudah berkumpul di pelupuk mata, memaksa untuk dikeluarkan.

Mungkin memang anganku yang terlalu tinggi.

÷

Regards
- C

Serpentine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang