÷
Untuk pertama kali Irene sungguh mengutuk orang yang membuat kalimat 'dunia ini memang sempit'.
Dari sekian banyak manusia yang hidup di bumi, Irene masih mempertanyakan bagaimana gadis nan pernah dan akan selalu Ia benci bisa dengan tanpa malu mengetuk pintu apartemennya.
"Rene,"
"Pergi."
Dug!
Sungguh. Irene tak berbohong saat Ia mengatakan dalam hati bahwa Ia tidak akan meledak; bahwa Ia akan sebisa mungkin menjaga hawa panas tetap di dalam dan tidak memyembur keluar dari mulut. Namun ketika kaki dibalut sepatu putih trendi bermerk berani diletakkan di antara daun pintu dan papan penutupnya, Irene bersumpah Ia sungguh ingin mematahkan tulang dibalik daging itu.
"YAK!"
"Rene, kumohon. Aku hanya akan bicara sebentar dengan Sooyoung. 10 menit —ani, 5 menit sudah cukup."
Gemeretak gigi Irene yang membuat rahangnya tampak mengeras sudah cukup menjelaskan seberapa besar penolakan Irene pada gadis di depan. Alis yang biasa melengkung indah bersama senyuman, untuk kali ini berubah menjadi rupa menakutkan nan menciutkan nyali.
"Waktumu bicara sudah habis sejak 3 tahun lalu, Jung Yerin. Berhenti mengganggunya, dia sudah bahagia!"
Hal terakhir yang Irene bayangkan sebagai respon gadis bertitel Yerin itu adalah mengembalikan sorot tajam dari matanya. Mengeluarkan pedang dengan irisnya sebagai pertahanan seolah Irene baru saja memancing titik sensitifnya.
"Kau yakin? Kau sungguh percaya dia sudah bahagia?"
"Sejak memilih untuk memutus hubungan dengan kau yang bermain bersama gadis lain dibelakangnya? Ya. Aku pikir begitu."
Tak ada yang mau mengalah. Keduanya merasa benar hingga tidak satupun menarik balik tatapan tajam masing - masing. Seakan tengah melakukan pertarungan batin; menunggu sampai salah satu akhirnya jatuh. Hal selanjutnya yang tak bisa Irene jaga adalah papan nan telah Ia tahan supaya tak terbuka bagi gadis itu, kini mulai bergerak memberi celah yang semakin lebar seiring mantan kekasih Joy itu menekan sikunya pada permukaan abu - abu tersebut.
"Kau tidak tahu apa - apa, Rene. Bukan hanya aku yang bermain dibelakang saat itu."
Sudah cukup!
"Apa kau bilang?! Joy bukan orang sepertimu!"
Jujur saja, Irene mulai takut di detik matanya menangkap ujung bibir Yerin menaik, membentuk senyum miring mengerikan. Bukan masalah tampilannya, tapi semua cemas ini adalah tentang apa yang akan Ia katakan selanjutnya.
"Kau benar. Dia lebih kejam. Disaat aku hanya sekedar bosan, dia ternyata justru tak pernah menaruh secuil saja hatinya pada hubungan itu sejak awal."
"Apa maksudmu?"
"Kau memang bodoh, Irene. Dia —"
"Apa yang kau lakukan disini?"
Untuk pertama kali, Irene merasa hatinya menolak keberadaan Joy. Tepat disaat Ia sudah mempersiapkan diri mendapat jawaban atas rasa ingin tahu yang berputar di kepala, detik selanjutnya, berdiri Joy dengan alis menukik; emosi.
"Soo, Aku —"
"Kita bicara diluar!"
Irene menyadarinya. Bahwa mulai timbul tanda tanya nan berkembangbiak di otaknya. Menyalakan bara penasaran yang perlahan membakar dan menggerogoti perasaan.
Ada sesuatu.
÷
Jujur aja aku udh mau hapus lagi cerita ini soalnya aku liat angka yg baca kayak cuma 30-80an. Tapi aku inget lagi tujuan awal aku bikin cerita ini kan emang buat memuaskan JoyRene shipper (termasuk aku sendiri) yang mana jumlah penumpang kapalnya jauh dari kapal sejuta umat. Jadi, aku bakal tetep lanjutin mau yg baca cuma 15 ato bahkan 5 orang soalnya aku sadar JoyRene shipper emang jarang. Asal nggak 0 aja wkwkwk
So, JoyRene shipper MAKE SOME NOISE YEAHH LOLL 🤣🤘🏼
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
Fiksi PenggemarJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area