A.N. Yang ini panjang (banget) sih. Karena aku bikinnya pake satu lagu yg bikin aku ada bayangan adegan kek gini, jadi mungkin lebih baik kalo kalian sambil dengerin juga. Lagunya Hailee Steinfeld - Wrong Direction
Kalo gitu selamat membaca yakk÷
Irene tidak menganggap ketakutan hatinya hanya sebuah persoalan kecil nan datang dan pergi begitu saja. Nyatanya kini Ia sungguh merasa kehilangan sebab Joy memilih untuk tidak pulang selama 48 jam penuh. Disamping rasa khawatir akan keadaan Joy serta dimana gadis itu tidur, Irene sesungguhnya resah dalam bayangan kepalanya sendiri. Dua hari dan Irene sudah dibuat kalut oleh ketidak–hadiran Joy disisinya. Bagaimana bisa Ia bertahan jika harus selamanya menjalani hari - hari seperti ini?
"Eonni, gwenchana?"
Lalu ketika satu - satunya hal yang Irene butuhkan adalah ketenangan, adiknya datang tanpa diundang. Dari Korea.
Apa juga yang mendorongnya untuk datang? Menjenguk? Lucu sekali. Mereka bahkan tidak pernah akur ketika dirumah. Memang ada waktu dimana Irene dan adiknya diam - diam saling mendukung. Tapi untuk sekarang, datang dengan tak memberi kabar dan tahu - tahu menekan bel apartemen sampai Irene mengira Joy pulang adalah tindakan nan sangat salah di mata Irene.
"Ani! Karena ada kau aku jadi tidak baik - baik saja."
Decihan dari mulut Yerim lepas kalimat tersebut keluar dari mulut Irene sudah cukup menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan mereka berdua.
"By the way, dimana Sooyoung Eonni? Sudah hampir 5 jam aku berada di dalam apartemen semenjak aku sampai di negara ini dan sama sekali belum melihatnya."
Irene mulai berpikir. Mungkin berbagi keluh kesah bukanlah sesuatu nan begitu buruk untuk dilakukan. Apalagi ini adalah adiknya sendiri. Orang yang sama yang mengenal Joy se–lama itu; hampir sepertinya. Tapi sebelum itu, sesuatu menggelitik dadanya. Ada hal yang ganjal namun Ia belum menemukan alasan. Sampai satu kesadaran seolah menamparnya.
"Hey, darimana kau tau apartemenku? Ini 'kan kali pertamamu kemari."
"Siapa lagi kalau bukan Soo— ah, shit!"
Irene jelas memutar tubuhnya hanya untuk melihat Yerim berhenti mengunyah roti selai di tangan seraya menutup mata rapat - rapat; tampak menyesal. Irene untuk pertama kalinya tak ingin repot - repot mempedulikan umpatan nan keluar dari mulut Yerim. Serta–merta menyorot Yerim dengan tatapan tajamnya. Tanpa memandang balik kakaknya pun Yerim sudah merasa terancam, apalagi jika Ia melawan mata itu.
"Kim Yerim."
Satu ucapan menghancurkan pertahanan. Yerim yang selalu ketakutan bila Irene sudah merendahkan nada bicara, akhirnya memilih menghembuskan nafas. Dalam hati meminta maaf pada si pemberi amanat karena telah gagal menyembunyikan identitas dibalik tugasnya.
"Aku diperintahkan Sooyoung Eonni untuk datang dan menemanimu, Eonni. Dia bilang kau mungkin tak nyaman jika ada dia di sekitarmu untuk saat ini. Tapi dia tetap tidak ingin kau di apartemen sendirian, maka dari itu dia menyuruhku. Ada apa dengan kalian berdua sebenarnya? Apa kalian bertengkar?"
Pun Irene tak ingin menganggap pertanyaan dari Yerim barusan; menganggapnya tidak pernah ada.
"Lalu sekolahmu? Tiket kemari?"
"Eonni, Kau lupa? Aku sudah ujian akhir. Dan ya, Sooyoung Eonnie–lah yang mentransfer uang untuk aku membeli tiket kemari. Sekaligus memberitahu alamat apartemen ini."
Daripada respon terkejut atas semua hal nan jauh lebih tinggi dari ekspektasinya, Irene malah meremas dada kirinya. Tiba - tiba merasa sesak akibat informasi mendadak yang seolah semakin mengingatkannya bahwa Joy memang selalu berjuang sekeras itu sejak dulu. Hanya Irene saja yang terlalu tidak acuh sampai tak melihatnya sebagai tanda lebih dari sekedar perhatian antar sahabat.
"Dia... dia bilang dia mencintaiku, Yer. Aku harus bagaimana?"
"Sudah? Akhirnya~"
"Wait, what? Kau tahu?"
Mungkin memang Irene se–tidak peka itu sampai jawaban yang Yeri berikan bukan sebuah anggukan namun justru mulut terbuka ditemani mata membulat lebar menatapnya.
"Kau benar - benar buta soal semua ini, don't you? Bahkan orang yang baru mengenalnya akan langsung tahu bila dia menaruh rasa begitu besar padamu, Eonni. Lalu, apa jawabanmu?"
"Aku... tidak tahu. I mean, I've just broken up with my girlfriend. Barangkali ada baiknya aku memikirkan hal ini secara perlahan."
"Kau benar - benar tidak ingat apapun di masa lalu ternyata, huh? Seriously? A girlfriend? Kau sungguh tak boleh terjun ke dunia percintaan, Eonni. Kau tidak bisa! Not when you had made her broke up with her girlfriend 3 years ago!!"
Irene tahu setiap kejadian akan selalu mengandung sisi positif dan negatif, termasuk kedatangan Yerim saat ini. Informasi - informasi nan sebenernya ingin dia dengar namun juga tak kuat hatinya tahan mulai terkuak tepat di depan wajah konyolnya yang tak tahu apa - apa.
"Apa maksudmu?! Dia putus karena Yerin selingkuh!"
"Mungkin itu salah satu fakta. Tapi setelah melihat video ini, kau mungkin juga akan berpikir sama sepertiku."
Menyerahkan ponselnya dengan layar menunjukkan simbol segitiga, menandakan ada sebuah video yang dihentikan, Irene meraihnya dengan tangan gemetar dan hati berdegup kencang. Adiknya tak mungkin berbohong padanya mengenai hal seperti ini. Tidak saat wajahnya menunjukkan keseriusan nan sangat jarang diperlihatkan sehari - hari.
Menekan ibu jarinya ke tengah layar bersinar itu, semua tampak normal di awal. Dari pakaian dan backgroundnya, Irene tidak mungkin lupa. Itu hari peringatan kelahirannya 3 tahun lalu. Joy ada disana, disebelahnya. Tertawa bersama Yerim yang memilih untuk mengabadikan momen itu dibalik ponselnya. Lantas kejadian setelah inilah yang tak pernah terekam balik ke kepala Irene; menjadikan gadis mungil itu diam - diam mencengkeram ponsel semakin erat seiring kerutan dalam muncul di dahinya.
Ini... sungguh - sungguh aku?
Irene mabuk. Jelas terlihat dari semburat pink kemerahan di pipinya serta ucapan - ucapan melantur nan membuat tawa Joy dan Yerim semakin lepas. Sampai kejadian selanjutnya nan terputar di benda elektronik tersebut membuat Irene refleks menutup mulut bertepatan dengan satu tetes air jatuh dari sudut matanya.
'Yaa~ Park Sooyoung, aku mungkin tak bisa hidup jika kau menikah dengan perempuan itu. Jangan tinggalkan aku sendirian, eoh?!'
"Dan jika kau masih ingat, Eonni, tepat 3 hari setelahnya, dia berpisah dengan perempuan bernama Yerin atau siapalah itu."
Hal terakhir yang Irene dengar seiring video mulai bergoyang dan mati, nan Irene asumsikan sebagai reaksi keterkejutan Yerim hari itu hingga tak sampai hati melanjutkannya, Irene sempat mendengar suara samar - samar bernada jenaka dari gadis nan begitu Ia kenal.
'Yak! Tanpa kau minta pun aku akan selalu disisimu tahu!'
Aku... seberapa kejam aku padanya selama ini?
÷
Maap yang rada gajelas gini. But who cares wkwkwk, habis ini penting uwu uwu upss spoiler dikit 🤭
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area