÷
"I miss you."
Mungkin pernjian ini sedikit membantuku menghapus kabut yang menutupi segala hal tentang hubungan kami, membuatnya menjadi lebih jelas. Aku tidak malu, terus tersenyum menatap hiasan mobil berbentuk anjing dengan kepala yang bisa bergerak - gerak nan diletakkan di meja belajar kamarku. Hari ini sangat menyenangkan. Sarapan dengan seluruh anggota keluarga, bermain keluar sesaat, menebus waktu kebersamaan dengan Yena yang telah direnggut oleh urusan pendidikan, lalu malamnya ponselku menyala, menampilkan nama Joohyun di tengah - tengah kegiatanku menjelajahi akun instagramnya untuk kesekian kali. Dia bahkan tak ingin berbasa - basi dan langsung pada inti; menjadikanku merasa seperti sedang bermimpi.
"Besok ada pesta tahun baru dirumahku. Jangan bilang kau lupa(?)"
"Iya~ Tapi tunggu dulu. Kau tidak merindukanku setelah 3 hari penuh kita tidak bertemu?"
Aku terkekeh. Dia sungguh teliti jika menyangkut hal seperti ini. Dia jelas memergokiku yang tak membalas ucapannya. Itu membuat kupu - kupu beterbangan menggelitiki perut. Mencengkeram erat gagang pintu di balik pinggul dengan tangan yang bebas sebagai pengalihan dari dorongan semangat nan menggebu di dalam diriku, aku mendapati diriku sendiri mengigit bibir untuk menahan agar senyum ini tidak semakin lebar.
"I miss you too, My Bae."
"Shit. Menjijikan."
"Aku bertaruh, kau sedang blushing saat ini."
"Shut up."
Aku merasakan seringaian di bibirku perlahan berubah menjadi senyum yang lebih tulus. Lebih dalam dan serius. Tak begitu lama aku mendapati diriku sendiri berdiri di sisi jendela besar kamarku, memandangi hujan yang telah mengguyur kota beberapa jam terakhir. Kami diam tapi aku tahu, tidak ada diantara kami yang merasa tak nyaman; sebegitu terbiasa dengan satu sama lain hingga tetap terasa baik - baik saja walau tanpa pembicaraan. Mengetahui adanya kehadiran sosok di seberang saja sudah menenangkan. Apalagi nafas stabil yang terhembus dan tersampaikan di telingaku melalui benda ajaib ini rasanya sungguh mendebarkan; menyadari dia pun se–nyaman itu.
"Disana hujan?"
Meski aku menebak bahwa seluruh air yang turun dari langit itu juga jatuh di sekitar rumahnya, tapi memastikan adalah hal favoritku.
"Hmm. Membuatku ingat sesuatu."
"Apa?"
Berbicara dengan Joohyun selalu memberikan beragam sensasi berbeda dalam satu waktu. Kau bisa bergetar lalu tak sampai satu detik berlalu, kau akan merasa hangat. Atau mungkin memang karena aku yang terlalu mengikat diriku padanya? Entahlah. I like it, tho.
"Saat kita berada di kelas 2 SMA dan kala itu hujan begitu deras sementara sekolah sudah sangat sepi karena kebanyakan murid dijemput menggunakan mobil. Kau ingat? Kita berdua berlari ke halte yang jaraknya cukup jauh, dengan kau menggunakan jaket kulit hitammu untuk memayungi kita berdua. Jika diingat lagi, itu sangat cheesy dan klise astaga."
God! Dia bahkan masih mengingatnya. Aku hanya bisa tertawa kala telingaku diberikan konten terbaik yaitu kekehan pelan dari mulutnya. Menggelikan jika diingat lagi. Tapi kalau pun harus kembali pada masa itu, barangkali aku akan tetap melakukan hal yang sama. Aku suka menjaganya. Bukan terarah sebagai tanggung jawab, tapi lebih ke sesuatu yang aku nikmati ketika melakukannya. Karena mengetahui dia baik - baik saja akan menjadi kepuasan terbesar dalam hidupku. Aku tidak berbohong.
"5 tahun, huh?"
Dia kembali terdiam. Pada akhirnya kami akan tetap tenggelam pada pikiran masing - masing. Lama kelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan kami.
"Uhm, Sooyoung?"
"Yeah?"
"I love you."
Aku terhenyak. Cukup terkejut malah. Aku selalu menginginkan dia mengutarakan kata itu namun aku tidak pernah mengatakannya sebab aku takut Ia mengungkapkan hal tersebut karena dia berpikir aku memaksanya. Tapi mungkin menunggu tidak sepenuhnya buruk. Nyatanya penantianku selalu mendapatkan hasil nan jauh lebih besar dari yang aku pikir akan dapatkan. Bahkan tanpa sadar kini penglihatanku semakin buram seiring cairan familiar menyeruak ke pelupuk.
"I'll always love you, Bae Joohyun. You know that, right?"
Dan gumaman rendah tanda mengiyakan dari getaran tenggorokannya membawa kami ke pembicaraan ringan namun intens lainnya nan membuat malam ini menjadi lebih spesial dari malam - malam lain.
÷
Kayaknya cerita ini bakal jadi satu2nya workku yang mencapai chapter diatas 60. SOALNYA AKU GA RELA BUAT NGE–END–IN NYAAA huhuhu 😭😭
Aku jujur2an aja, sebenernya di part2 sebelum ini udh banyak banget celah yang bisa dibikin ending. Tapi aku nggak ambil. Why? Karena aku gamau selesaiin ini cerita ini!!!! 🤷🏻😭😭Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area