#7. Sureness

675 109 2
                                    

÷

"So, you told her?"

Duduk di bangku kayu dengan kaki tersilang seraya memfokuskan mata pada deretan kata dalam buku di pangkuan nampaknya menjadi hobi baru Joy. Membaca novel romansa ditemani angin sepoi - sepoi nan cukup sering mengelilingi area kampus mungkin bukan hal buruk.

"Dia menggumamkan 'Ada apa dengan Joy? Apakah aku melakukan kesalahan?' sepanjang hari."

Menutup buku dengan agak cepat disusul menyelipkan benda bersampul biru langit ke celah tas selempang di sisi kanan, Joy kemudian memindahkan pandangan lurus ke depan dimana beberapa lelaki sedang saling berebut satu bola hitam-putih.

"Kau sungguh yakin bahwa cintamu bertepuk sebelah tangan?"

Sayang sekali Joy sedang tidak dalam keadaan ingin menahan sesuatu hingga tanpa disadari, decihan mencemooh lolos begitu saja seiring gadis bermata monolid mendudukkan diri di ruang kosong sebelah Joy.

"Bagaimana jika dia hanya tidak mengerti dengan perasaannya sendiri dan membuat kesimpulan sembrono hingga mengatakan dia mencintaiku?"

Tak butuh hitungan detik, Joy telah merasa hatinya baru saja disentil oleh tekanan tak terlihat. Jantungnya kembali berdegup cepat kala ingatan jatuh pada momen - momen dimana Irene sering sekali memberikan jawaban tanpa pikir panjang. Ia sudah begitu paham akan sifat Irene yang bisa menjadi bijaksana dengan memperhitungan aksi nan nantinya bisa berpengaruh di masa depan namun juga kekanakam serta ceroboh di waktu yang lain.

Tidak munafik, setelah apa yang Ia saksikan sekilas tadi malam, Joy mulai mempertanyakan apakah hanya Ia yang menyimpan rasa ini.

Tapi diatas segala kemungkinan yang mulai bermunculan di kepala, Joy justru terpusat pada nada cemas menyedihkan dari bibir Seulgi; menyadari ada orang selain dirinya yang juga tengah dilanda kebimbangan dan ketakutan tanpa titik penyelesaian.

Joy. Gadis dengan empati beribu kali lebih besar daripada egoisme; menyerah atas harapan sendiri demi menenangkan orang lain yang bahkan tidak dekat dengannya.

"Dia mencintaimu. Aku pastikan. Kalau dia sungguh memiliki rasa yang sama denganku, dia tak akan membuang waktu untuk mengamatimu sejak kami masuk ke universitas ini."

"Seriously? Benar - benar sejak masuk?"

Joy menoleh dengan senyum tulus yang tak pernah pergi dari wajahnya.

Sakit. Perih sekali.

"Benar. Selama itu."

÷

Regards
- C

Serpentine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang