A.N. Yang ini baru beneran 🔞🔞🔞
Lumayan explisit ya gengs, ini juga aku terinspirasi dari author seulrenation23. Sumpah ini pertama kali aku nulis kayak beginian, semoga tetep masuk bahasanya. AND SERIOUSLY GUYS, ini gxg area. Kalo kalian ada yang kayak jijik atau gatahan baca cewek sama cewek 'kayak gtu' mending mundur dari sekarang yaa.
Happy reading~ 🌚🌚🌚÷
Aku tidak tahu apakah duduk di tengah kasur queen size seraya mengenakan setelan piyama berwarna hijau terang milik Sooyoung dengan gadis itu di belakangku dan dua kakinya yang mengapit tubuhku adalah keputusan yang baik atau tidak. Hanya mengingat bagaimana ibunya menaik turunkan alis secara jahil beberapa menit lalu lantas mengucapkan "Joohyun, kau tidur di kamar Sooyoung saja ya? Kamar tamu masih berdebu karena tak pernah dipakai dan belum dibersihkan.", aku tidak berpikir malam ini akan tidur dengan tenang tanpa ada sesuatu yang terjadi.
Ini bukan seperti aku juga memiliki hasrat besar untuk melakukannya. Daripada ingin, mungkin aku lebih pada penasaran bagaimana rasanya.
Ayolah, aku belum pernah melakukannya bahkan dengan Seulgi sekalipun. Kami belum sampai sejauh itu.
Dan aku juga tidak yakin mangkuk kaca besar penuh popcorn di pangkuanku akan bisa diletakkan di meja kecil sebelah kasur dengan keadaan 'selamat' karena duduk disini dan merasakan nafas Sooyoung mengipasi tengkukku saja sudah membuat tanganku bergetar. Yatuhan, sejak kapan kami menjadi remaja dengan hormon gila - gilaan?
Aku tahu segala hal liar yang berputar di kepalaku sudah dimulai saat Sooyoung perlahan menyelipkan dua tangannya ke bawah kain lembut yang kupakai lantas mengusap perutku dengan telapaknya yang halus dan dingin; mengundang panas dan rasa menggelitik nan tadinya hilang kembali merayap di punggungku.
Mungkin sekarang aku tampak tak terganggu oleh kegiatannya. Tapi menatap televisi menyala di depan kami sungguh tak membantu sebab pikiranku lagi - lagi menyebar di angkasa. Tidak tahu mana yang harus kuberi fokus saat sentuhannya membuatku gila.
Tunggu. Ini tidak sopan bukan? Aku menginap di rumah Sooyoung. Akan lucu sekali jika aku malah menjadi satu - satunya alasan sang tuan rumah tidak bisa tidur nyenyak.
"Soo, kau sudah berjanji, kita hanya akan menonton film lalu tidur."
"Tentu saja. Kau bisa terus menonton. Aku hanya melakukan apa yang aku butuhkan."
God! Bagaimana bisa dia mengatakan itu dengan amat santai saat satu tangannya melepas kancing paling atas piyamaku sebelum menariknya ke samping, mengekspos area yang kubilang menjadi kebanggaanku. Oke, aku akan menarik kata - kata itu setelah semua ini selesai.
Mataku beralih ke pintu yang kini terlihat seperti digandakan karena pening mulai menyapa kepalaku ketika Sooyoung menyerang pundakku tanpa jeda. Ingatan akan sesuatu perlahan menimbulkan sensasi terburu - buru yang menggelitik perut.
"Kau... sudah mengunci pintunya?"
Aku sudah kehilangan akal. Sungguh. Satu sisi diriku terkejut dengan nada bicara yang memelan dan hampir hilang sementara mataku perlahan semakin sayu. Rasanya sulit untuk tetap terbuka saat aku tahu Sooyoung melepas kancing kedua.
Lihat aku. Aku juga tak berusaha menghentikannya. Memalukan sekali.
"Tidak perlu. Toh mereka sudah paham kalau kita tidak ingin diganggu malam ini. Apa aku salah?"
Aku bahkan tidak sadar bila mangkuk popcorn telah berpindah ke meja entah sejak kapan. Sentuhannya terlalu memabukkan sampai aku tidak bisa lepas dari mantranya. Bunyi kecupannya saling berlomba dengan suara dari film nan terputar di depan kami.
"Tapi Soo —ngh~"
Aku sudah tidak peduli. Kalau memang itu yang dia inginkan saat ini, maka mari kita bermain. Lagipula aku pun tidak sekuat itu untuk bisa mengusir nafsu nan perlahan terbangun di bawah sana, diantara kedua pahaku.
Pada akhirnya aku sungguh menutup mata ketika satu tangannya perlahan naik dari perutku, mengusap tulang rusukku lantas menangkup salah satu dari dua aset berhargaku selagi bibirnya menjepit daun telingaku. Menghisap dan menggigit. Dia tahu persis spot sensitifku dan hal itu sama sekali tak membantuku untuk bisa berpikir jernih. Seluruh isi pikiranku menjadi kusut saat aku sadar hanya tinggal satu kancing tersisa.
"Soo, pelan - pelan."
Sekarang aku malah mengatakan hal - hal tak masuk akal. Aku sebenarnya justru ingin Sooyoung bergerak cepat karena mungkin inti diriku sudah tak bisa menahan lebih lama. Dia butuh pelepasannya. Ucapan - ucapan ini hanya upayaku sebagai pengalihan agar Sooyoung tak menyadari nafas cepat dan tak teraturku saat ini.
"Kulitmu sangat halus, Hyun."
Satu kancing terakhir bebas, dia menarik kasar kain tersebut dan sejak saat itu aku paham bahwa aku sudah berada di bawah kendali Sooyoung seutuhnya. Cukup terkesan dengan kinerjanya yang bisa melakukan beberapa hal dalam satu waktu, aku merasa seolah melayang di angkasa tak bergravitasi saat Sooyoung mulai merendahkan tangannya; perlahan menyelipkan jari - jari jenjangnya ke bawah celana hijau, pasangan dari baju yang baru saja Ia lempar entah kemana. Tak tanggung - tanggung, Ia bahkan tidak ragu untuk sedikit menggali menggunakan kuku - kukunya di bawah celana dalamku.
Sial, aku tidak tahan lagi. Tampaknya alam bawah sadarku telah mengambil alih kerja tubuh karena tiba - tiba aku mencengkeram pergelangan tangan Sooyoung dan mendorongnya agar lebih cepat sampai di tempat yang aku ingin dia sentuh.
Samar - samar aku mendengar Ia terkekeh. Mungkin karena melihat aku sangat kacau dibawah permainan tangan dan mulutnya. Tapi semua itu hilang di detik nafasku tersengal kala aku merasakan Sooyoung dengan berani menggoyangkan dua jarinya sampai sukses masuk ke gerbang licin dibawah sana.
"Fuck."
Hanya itu responku diiringi tarikan dan hembusan nafas pendek serta desahan yang kali ini mengalahkan speaker TV. Terfokus pada rasa nikmat atas jari Sooyoung nan ditarik sebelum didorong dengan tempo pelan dan stabil, aku menemukan diriku sendiri merengek sebab gerakannya masih belum cukup.
"Lebih cepat!"
"Kau sendiri yang menyuruhku pelan - pelan tadi. Iya 'kan?"
Sial. Tanpa aku membuka mata pun aku tahu dia tengah tersenyum usil. Namun aku tidak punya waktu untuk menanggapi kejahilannya. Aku butuh pelepasanku. Walaupun tangannya yang lain sedikit membantu dengan memainkan ujung dari gundukan di dadaku, tapi tetap saja!
"Soo, lebih cepat!!"
"Okay, okay."
Untung saja dia sudah selesai dengan kenakalannya. Jadilah Ia menurutiku untuk menambah kecepatan jari - jarinya.
"Ah~ Soo, aku rasa aku akan—"
Meski kelopakku tertutup, aku tetap berpikir bahwa aku perlu memutar bola mata di dalam soketnya saat aku merasakan gelombang kepuasan membanjir keluar bertetapan dengan tubuh yang reflek melengkung. Nafasku sangat berantakan dan yang Sooyoung lakukan adalah terkekeh di telingaku sambil memberikan kecupan singkat di pelipis seiring tubuhku melorot lemas di lingkup tangannya.
Ketika aku pikir semuanya berakhir, Ia membaringkan tubuhku penuh perhatian sebelum berpindah ke atasku; mengukungku dengan kedua lengannya kemudian tanpa menunggu lama, langsung menghujani leherku dengan ciuman, hisapan, bahkan gigitan.
"Ronde dua?"
÷
Ini mungkin jadi chapter terpanjang dan tervulgar sepanjang cerita ini haha. Dan mungkin juga satu2nya. Gatau deh nanti liat lagi.
Sebenernya akutu lebih suka yg uwu uwu daripada yang 'uh oh uh oh' (itu boong bet, jgn percaya)
Tapi ini juga nggak buruk2 banget sih menurutku xixixi 🌚🌚🌚🌚
AKU UDAH NGINGETIN DI AWAL LHO YA TADI 🤭🤭Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area