÷
Membohongi diri sendiri ternyata cukup sulit. Mungkin Yerim sepenuhnya benar. Aku egois. Hanya memikirkan diriku sendiri. Dalam keadaan seperti ini dimana aku jelas - jelas menyakiti Sooyoung, aku malah semakin membebaninya dengan tatapan tak ingin ditinggalkan. Dia ingin jarak. Aku pun sedang membutuhkan sela untuk menimang kembali apa yang sebenarnya tengah terjadi di dalam hatiku.
Segalanya terlalu abu - abu.
Aku ingin merasakan kembali nafas hangatnya menembus rambutku, membelai kulit kepalaku. Namun disaat yang sama aku terlalu takut untuk sekedar melihat wajahnya. Karena aku tahu ketika dia menatapku, hanya akan ada sorot terluka disana yang tanpa sadar menyakitiku juga.
Katakan aku aneh. Aku tidak akan menyangkal.
Tapi aku sendiri masih terus mencoba memahami semua ini.
Detik demi detik yang berlalu membuatku semakin merasa jauh darinya. Dingin dan menakutkan. Bayangan dimana nanti dia menemukan orang baru sebab terlalu lelah menunggu tiba - tiba menghantuiku. Memberi rasa merinding yang menjalar di tulang punggungku. Lalu tanpa kusadari aku kembali menahannya. Alurnya selalu berputar dan aku tak tahu caranya keluar dari lingkaran setan ini.
"Kau akan pulang, 'kan?"
Lagi. Untuk kedua kalinya Sooyoung menyingkirkan tanganku dari pergelangannya. Aku tidak lagi terkejut melihat dia memandangku masih dengan lembut seolah aku barang nan bisa pecah hanya karena sebuah tatapan. Rasa sakit kini mengembang. Menindih seluruh pemikiran yang berputar di kepala selama beberapa hari terakhir.
"Aku pulang malam. Beristirahatlah."
Batinku sudah hampir gila karena aku sungguh ingin menariknya, memeluknya, dan meneriakkan kata maaf serta mengunci diri berdua agar dia tidak pergi. Namun seberapapun keinginanku begitu kuat menggerogoti perasaan sedikit demi sedikit, aku sadar aku tidak bisa. Aku tidak mau menyakitinya jauh lebih dalam lagi. Segala luka diantara kami sudah cukup parah. Mungkin yang bisa kami andalkan saat ini hanyalah waktu.
Ya. Waktu akan menyelesaikannya.
Dan ingatanku seketika jatuh pada kompetisi dance yang akan dilaksanakan 2 minggu dari sekarang. Aku bahkan sudah lupa bahwa lomba itu masih ada dan akan terus melupakannya jika bukan karena sebuah poster nan dulu dengan sengaja kutempelkan di papan pengingat kamarku.
Sial. Ini hanya akan memperburuk segalanya. Ibaratkan memberi garam pada luka yang bahkan belum kering.
Tapi daripada itu, barangkali ini merupakan kesempatan untuk diriku membuktikan, siapa yang benar - benar aku inginkan.
Dengan keberanian serta keyakinan sekecil biji beras, aku menekan sebuah kontak di benda elektronik persegi panjang milikku. Sesaat mengambil nafas banyak - banyak saat panggilannya diterima oleh seseorang di seberang sana.
"Irene?"
Beranikan dirimu, Bae Joohyun. Kau harus mendapatkan jawaban pasti supaya tak ada lagi hati yang tersakiti.
"Seul, ayo kita berlatih. Kompetisi tinggal sebentar lagi."
÷
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area