÷
A complete stranger.
Mungkin kata itu amat tepat menggambarkan bagaimana kami saat ini. Tak ada interaksi berarti 3 bulan terakhir setelah pagi itu.
Segalanya terasa sangat... asing.
Kami bahkan tak mau repot berbasa - basi ketika menyantap sarapan di meja yang sama. Sekarang kami hanya tampak seperti dua gadis tak saling kenal yang berbagi ruang dalam asrama. Semua hal yang pernah kami lalui, cinta, ciuman, malam panas nan bernafsu, pelukan sambutan begitu membuka mata, terpaksa kami tekan dalam - dalam sampai tenggelam di dasar ingatan. Seakan kami memang sekedar dua teman satu kampus yang tak pernah melakukan semua itu.
Aku sakit. Dan aku jelas tahu bahwa dia pun merasakan hal yang sama. Atau bahkan mungkin 2 kali lipat lebih terluka.
Entah apa yang masih aku harapkan saat ini. Barangkali ini terdengar konyol, tapi aku benci memakan sarapan pagiku dengan cepat. Disaat dia tampak ingin segera pergi agar tak melihat wajahku, aku disini menggerakkan rahangku secara perlahan; dengan bodohnya menikmati kebersamaan kami yang sangat tidak dalam konteks 'positif'. Aku suka melihatnya. Menatap alis tipisnya, mengamati bulu mata lentiknya, menelusur garis rahangnya, memeriksa setiap inci bibir polos tanpa polesan lipstick disana. Aku suka. Selalu begitu. Lalu aku akan diam - diam menghembuskan nafas berat sewaktu suapan terakhir masuk kedalam mulutnya.
Yatuhan, aku sangat merindukannya!
Yang berbeda kali ini adalah dia yang terdiam setelah menelan seluruh makanannya. Menatap mangkuk kosong dihadapan sebelum mengangkat wajah untuk menatapku.
Apakah dia... kembali?
"Kau dekat dengan Jennie?"
Oh.
Astaga, Bae Joohyun sadarkan dirimu. Apa yang bisa kau harapkan di tengah situasi seperti ini?!
"Yeah. Dia mengajakku mengobrol beberapa minggu lalu dan —"
"Haruskah dia?"
Tunggu. Apa ini? Mendadak sebuah emosi terbangun di dalam diriku.
Maksudku, dia sendiri 'kan yang ingin mengakhiri ini. Dan kini dia bahkan tidak sadar bahwa dia tak memiliki hak untuk bertanya seperti itu!
Aku single dan dia bukan kekasihku lagi!
"Apa?"
"Joohyun, dia adalah Jennie. Gadis yang memacari hampir seluruh mahasiswi di fakultasmu dalam satu waktu. Aku hanya—"
"Lalu apa yang kau mau, Soo? Kau mau aku menjauhi dia? Kau sendiri yang memutuskan hubungan kita dan sekarang kau juga mau memutus hubunganku dengan temanku?"
Aku marah.
Aku... geram.
Entahlah. Aku hanya merasa dia ingin aku terus menggantung. Terkatung di tali harapan yang aku buat sendiri akibat kata - katanya. Mungkin sebagian diriku merasa agak bersemangat karena menyadari bisa saja sikapnya saat ini adalah realisasi dari kecemburuan. Namun semua akan kembali sia - sia jika berakhir pada sebuah kata jealous tanpa ada usaha lebih lanjut.
Singkatnya, dia menarikku namun tak ingin 'mengambil'ku.
Yeah, setelah ditinjau kembali, kami memang lebih baik menjalani tanpa ada interaksi daripada mencoba memulai pembicaraan tapi hanya berakhir memancing kemarahan.
Dia mundur, aku pun begitu.
÷
Sepertinya kalian lupa kalo aku suka sad ending xixixi
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanficJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area