#39. New Fact

393 61 13
                                    

÷

"You what?!"

Irene menutup matanya rapat - rapat. Apalagi yang Ia harapkan setelah untuk kesekian kali menyakiti orang di dekatnya. Bahkan siapapun akan berpikir bentakan Yerim masih belum cukup untuk meyadarkan Irene seberapa plin–plan dirinya mengenai perasaan hingga menghancurkan banyak hati.

"Aku pikir aku—"

"Pikir?! Did you even think when you said that? GOD!! Kenapa aku harus memiliki kakak sebodoh dirimu! You even had sex with her!!!"

"Kim Yerim!"

"Mwo?!!"

Perdebatan pagi ini cukup panas. Sangat panas malah. Sampai membakar seluruh kata sanggahan yang sudah Irene pikirkan untuk melawan sang adik. Tapi di detik matanya bertemu tatap dengan iris gelap Yerim yang menyala - nyala akan amarah membuat Irene diam seketika; merasa begitu tersudutkan.

"Aku akan bertemu perempuan jalang itu!"

"Yerim, language!"

Begitu emosinya Yerim hingga tak mau menganggap kakaknya ada saat ini, Irene memilih untuk menarik pergelangan tangan Yerim dan jadilah Ia kembali terduduk di sela sofa sisinya.

"Aku tidak pernah mengerti denganmu, Eonni. Seriously! Memangnya apa yang orang itu katakan hingga membuatmu goyah lagi, huh?! Tidakkah kau menyadari seberapa terlukanya Sooyoung Eonni saat ini?!"

Irene belum pernah merasakan sebingung dan se–tersudutkan ini sebelumnya. Sesuatu dalam hatinya terasa mengganjal. Ingatannya kembali jatuh pada ucapan Seulgi kemarin malam.

"Joy pernah mengatakan padaku bahwa kau memperhatikanku sejak awal perkuliahan dimulai. Kau yakin kau sungguh mencintainya? Bukankah ini semua hanya tentang rasa bersalah?"

Irene rasanya ingin menampar diri sendiri karena Ia bahkan membiarkan Seulgi mengutip ucapan Joy  hanya untuk digunakan sebagai cara menarik dirinya kembali pada Seulgi. Tapi Irene pun tak ingin munafik. Di detik Seulgi mengungkit rasa bersalah, Irene mulai meragukan diri sendiri. Ini bukan seperti Ia ingin kembali pada Seulgi. Jelas tidak untuk yang satu itu. Ia hanya takut jika rasa yang Ia berikan pada Joy sejauh ini memang benar hanya beralaskan kasihan juga bersalah. Walau rasanya dia pun hancur kala mendengar Joy menahan isakannya dibalik pintu malam itu, tetap saja hati Irene serasa kembali dibuang kelautan, diombang - ambingkan ombak dan tak tau kapan serta dimana akan berlabuh.

"Tetapkan hatimu, Eonni. Atau aku akan benar - benar merebutnya!"

Semuanya sudah terlalu rumit untuk ditambahkan rajutan lagi dan Yerim justru memberikan simpul baru yang membuat segalanya semakin kusut. Irene pun tak menyadari bahwa dirinya telah cukup lama menatap Yerim dengan satu alis terangkat; tampak kesal.

"Apa maksudnya itu?"

Irene tidak sebodoh itu. Irene selalu berpikir Yerim memang memiliki rasa pada Joy melihat bagaimana sikap Yerim di depan Joy. Namun kembali lagi, itu semua hanya bayangan di kepala dan tak pernah terpikirkan bagaimana jadinya jika sungguh terjadi.

"Jangan pura - pura, Eonni. Aku tahu kau sudah paham. Aku merelakan Sooyoung Eonni bersamamu bukan untuk kau sakiti terus menerus. Lakukan lagi dan aku pastikan dia sungguh tak akan pernah menatapmu atau bahkan melirikmu lagi."

Dan dari sini Irene hanya bisa terdiam menatap tubuh adiknya menjauh dan hilang dibalik suara dentuman akibat benturan pintu pada bingkainya dengan amat keras.

Aku harus bagaimana sekarang?

÷

Regards
- C

Serpentine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang