#21. Selfish

567 100 9
                                    

A.N. Sumpah aku berasa mesin banget hari ini wkwkkw 😂

÷

Nampaknya hari lebih mendukung perasaan dua gadis hari ini. Gelapnya kumpulan awan abu - abu nan bergerak perlahan menghalang sinar matahari telah secara tak langsung mendeklarasikan seberapa parah hati keduanya hancur oleh tindakan didasari luka. Gadis semampai berbalut kaus putih dipasangkan dengan celana kain hitam serta mantel coklat menghangatkan tubuh, mendudukkan diri tanpa permisi di bangku kayu langganan, tepat di sisi gadis lain yang lebih kecil berambut pirang sebahu.

"Maafkan aku, Wen."

Entah apa tujuan dari aksi menyatukan kedua tangan sendiri diatas paha, Wendy tersenyum pahit. Ingin rasanya Ia mengumpat Joy. Namun Ia tidak bisa, menyadari Ia pun mungkin akan melakukan hal yang sama bila berada di posisinya.

"Kukira kau datang untuk menjelaskan."

"Itu hanya akan terdengar seperti alasan. Aku merusak hubungan kalian. Itu yang nyata."

Walaupun Wendy sudah menduga Joy akan mengatakan hal itu sebab Ia tahu bahwa Joy memang begitu dewasa dalam hal pemikiran, tapi tetap saja Wendy sedikit melengkungkan senyum sebagai tanda terimakasih.

"Terimakasih. Mungkin jika bukan karena kau, aku akan menyimpan perasaan ini sampai mati."

Joy hampir saja meneriaki Wendy sebab malah berbaik hati, bukan justru memaki dirinya. Tapi itu semua sebelum Joy diingatkan oleh komitmennya sendiri bahwa Ia akan menanggung segala rasa bersalah. Joy mulai sadar bahwa keinginan agar Wendy membentak, memarahi, atau bahkan membencinya ternyata hanya supaya Ia merasa lebih baik; agar Ia merasa apa nan Ia lakukan 3 hari lalu, mendapat timbal balik setimpal sehingga mereka saling membalas dan tak lagi memiliki beban. Namun kembali ke awal, sedari Ia mengucapkan sumpah dalam hati, Ia sudah menyiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk. Termasuk rasa bersalah yang digandakan berkali - kali lipat sebab perlakuan kekanakannya tak mendapat balasan.

Singkatnya, mereka tidak impas. Jadilah Joy nampak sebagai pihak jahatnya.

Dan aku memang jahat.

"Bagaimana hubungan kalian setelah hari itu?"

Di dalam tunduknya, Joy menyunggingkan senyum geli. Mengingat bagaimana keadaan berbalik. Dulu dialah yang selalu menatap lurus kedepan untuk menikmati pemandangan senja di hadapan. Menyadari Ia tidak memiliki keberanian untuk sekedar menampakkan wajah kalahnya sungguh terasa lucu. Dan menyakitkan.

"Saat aku mengatakan pada Seulgi bahwa aku akan menjauh sementara agar dia tidak merasa canggung atau tak nyaman, dia menahanku. Dia bilang kami hanya butuh waktu. Dia bilang... dia tak suka bila kutinggal sendirian."

'Yaa~ Park Sooyoung, jangan tinggalkan aku sendirian, eoh?'

Dengan senyum yang berubah semakin masam, Joy perlahan mengepalkan kedua tangan didalam saku mantel coklatnya; tak menyadari bahwa hal itu menghambat laju darah sampai membuat permukaan kulit pinknya semakin memutih. Mungkin aneh, tapi bagi Joy ucapan itu begitu... indah.

"Egois, bukan? Tapi aku mendapati diriku sendiri menyukai keegoisan itu."

Ditemani keheningan yang untuk kesekian kalinya menenangkan hati keduanya serta daun - daun nan mulai berjatuhan keatas pangkuan, mereka hanya tak menyadari adanya kehadiran dibalik satu batang pohon besar nan sukses menyembunyikan sebuah tubuh mungil.

Sang pengintai pun tak menyadarinya, bahwa tangannya mencengkeram erat pegangan payung atas pemandangan di depan mata.

Did I just get jealous?

÷

Belom uwu ternyata :v

Regards
- C

Serpentine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang