÷
Dibawah langit malam yang cerah tanpa awan nan menutupi bintang - bintang, seorang gadis berjalan memutari ruang televisi berkali - kali sambil menggigit jari.
Usai malam dimana Ia dengan berani mengambil langkah sebagai upaya mengubah keputusan mutlak dari mantan sahabat karibnya, Irene telah dilegakan sebab Joy membalasnya seraya melingakarkan kedua tangan di pinggangnya.
Namun setelah gadis semampai mengatakan bahwa Ia akan berbicara dengan Yerim sebagai langkah terakhir sebelum benar - benar menunjuk pilihan, Irene justru dilanda kegelisahan.
Nyatanya presentase atas tebakan bila Joy akan kembali goyah lalu tidak jadi kembali padanya, lebih besar daripada keteguhan nan selama ini Ia tunjukkan.
Seluruh tubuh Irene mendadak terasa panas dingin kala membayangkan Joy pulang dengan ekspresi terlukanya lantas lagi - lagi mengabaikan keberadaan Irene.
Semua pemikirannya menjadi semakin liar ketika sebuah suara dari kunci digital apartemennya berbunyi, menandakan ada seseorang nan tengah mengakses satu - satunya pintu masuk.
Irene membeku.
Tangan yang tersilang di depan dada, jatuh begitu saja saat papan tersebut dibuka perlahan. Menampilkan satu sosok paling familiar dengan raut wajah yang tampak kelelahan namun juga penuh dengan rasa - rasa nan bercampur menjadi satu.
Di mata indah yang tampak samar akibat kurangnya pencahayaan, Irene bisa menangkap kelegaan namun ditemani penyesalan, kegembiraan yang dibumbui kesedihan, serta terang di hati yang membentuk bayangan gelap.
Tak berani mengambil langkah maju, keduanya tetap bertahan di posisi masing - masing dengan mata masih terpaku satu sama lain.
Bibir Irene gemetar. Dan menggunakan mulut bergetar serta air menggenang di pelupuk, Irene mengumpulkan kekuatan untuk menekspos ketakutannya.
"Do you push me away? Again?"
Tepat setelah mengatakan itu Irene menggigit bibirnya. Selain sebagai usaha agar isakan nan mulai berkembang tidak semakin besar, juga sebagai pengalihan keresahan yang tak henti menyerang.
Yang Irene tidak duga adalah Joy yang justru mengangkat tangan kanannya; menunjukkan sebuah benda berkilau nan tersemat di jari manisnya bertepatan dengan senyum sendu yang perlahan terbangun di wajah halusnya.
"I don't think I can."
Tidak menunggu waktu, Irene langsung berlari; menabrakkan diri ke tubuh tinggi di hadapannya dan tenggelam dalam dekapan hangatknya. Tak mempedulikan bahwa Joy bahkan masih belum sempat melepas sepatunya, Irene berjinjit di lantai marmer yang dingin selagi tangannya melingkar ke belakang leher Joy.
Ciuman kali ini terasa berbeda. Lebih ringan bersama kebahagiaan membuncah, bukannya membebani dengan segala kerisauan yang ada seperti sebelumnya.
Menyembunyikan air mata lega sekaligus bahagia dibalik ceruk leher Joy, Irene diam - diam tersenyum kala merasakan nafas dingin Joy menelusup ke kulit kepalanya; tahu bila semuanya telah kembali.
"I love you so much, Bae Joohyun."
Nada yang sedikit bergetar itu menggelitik telinga Irene, namun berhasil mengundang Irene untuk memundurkan kepalanya. Menangkup wajah di hadapan menggunakan dua telapak putihnya sebelum kembali menarik wajah itu mendekat sampai bibir mereka saling mengecap selama beberapa saat.
"I love you, Park Sooyoung."
÷
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area