÷
"Apa - apaan itu tadi?!"
Dari cara Joy menarik paksa pergelangan gadis kecil berambut pirang disisinya, siapapun bisa langsung menyimpulkan bahwa amarah tengah menguasainya. Dan senyuman miring Wendy nan diam - diam telah bertengger sejak awal dirinya diseret oleh Joy, sama sekali tak membantunya keluar dari situasi seperti ini. Atau mungkin Ia memang tak memiliki minat untuk lari. Jangankan meminta maaf, Wendy kini justru menatap Joy dengan santai disusul kedikan dua bahu.
"Take it easy. Kau mungkin akan berterima kasih padaku setelah ini."
Joy jelas tahu apa maksudnya. Selain karena Ia pun menyadari bahwa Irene memperhatikannya selama pertunjukkan, Joy sendiri sebenarnya tahu bila Irene memang tidak bisa jauh darinya. Entah dalam konsep pertemanan atau sesuatu nan lebih intens, Joy tak mengerti.
Aku pun berharap ini berhasil. Bukan malah semakin menjauhkanku darinya.
÷ × ÷
Irene nampaknya mulai mengerti mengapa Joy begitu menyukai hujan. Mungkin karena hal itu bisa kembali menarik kesadaran kita ketika setiap tetesnya jatuh keatas kepala, menusuk kulit dengan rasa dinginnya. Atau mungkin juga karena ketenangan yang didapatkan di tengah guyuruan kala semua orang justru menghindarinya.
Disilah Irene. Tak peduli dengan kostum nan cukup indah dan memukau, tak peduli dengn sepatu putih yang barangkali akan berubah coklat jika Ia tak memiliki niatan untuk berpindah, tak peduli dengn tatapan aneh orang - orang. Ia duduk di bangku kayu dekat tempat kompetisi diadakan; membiarkan pikiran - pikiran kusutnya diuraikan oleh hujaman - hujaman rintik air nan cukup intens sampai sebuah bayangan gelap menutup pandangannya. Diatas kepalanya kini terdapat sebuah lengkungan plastik bening dengan batang nan dipegang oleh seseorang di hadapan.
"Aku dengar namamu dipanggil. Bukankah seharusnya kau diatas sana bersama Seulgi?"
Di depannya, berdiri menjulang sosok nan berputar di kepalanya selama beberapa jam terakhir, mengenakan raincoat hijau gelap dengan alis tertaut; diam - diam emosi. Selain karena Irene dengan bodohnya hujan - hujanan seperti anak kecil yang merajuk, alasan lain yang sebenarnya mengganggu Joy adalah kecemasan bila Irene nantinya justru akan jatuh sakit akibat perbuatan konyolnya sendiri.
Lebih mengesalkan lagi melihat Irene hanya menggeleng pelan lantas kembali menunduk dalam seolah tak ingin melihat Joy.
"Kalau begitu berteduh atau pulang saja! Jangan hanya duduk disitu!!"
Mungkin keduanya memang tak terlalu peduli dengan pandangan orang - orang pada mereka. Buktinya Irene hanya sekedar terkejut oleh bentakan Joy dan tak sekalipun repot - repot melihat sekeliling untuk mengecek apakah ada orang yang mendengarnya. Tersenyum secara sembunyi - sembunyi saat menyadari ada lapisan kegelisahan nan tersembunyi dibalik paras yang tampak marah itu, Irene kemudian mengumpulkan tenaganya agar Ia bisa setidaknya berdiri dan menghadapi si gadis tinggi. Tapi sepertinya dinginnya hujan telah membuat kaki atau bahkan seluruh tubuhnya mati rasa. Hal terakhir yang Ia lihat sebelum semuanya menggelap adalah wajah panik sekaligus panggilan - panggilan namanya berangsur menghilang.
"Joohyun! Bae Joohyun!"
'Joohyun', ya? Setidaknya sudah kembali.
÷
Feelnya masuk nggak tapi?
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpentine ✔
FanfictionJust some JoyRene contents for minority ship's stans. ⚠️ gxg area