#46. Painful

397 61 2
                                    

÷

Terjebak.

Dua orang gadis duduk berhadapan dengan meja kayu memisahkan. Saling diam tanpa ingin repot - repot mengusir keheningan. Mereka pun sadar bahwa dengan tetap bersama di keadaan seperti ini hanya akan mengingatkan mereka pada hal nan mengundang perih. Tapi dalam diri mereka masing - masing, ketakutan akan ditinggalkan jauh lebih dominan sehingga memilih untuk tetap mendampingi satu sama lain.

Bohong bila Joy mengatakan Ia tidak melihat poster tentang kompetisi nan tiba - tiba berada di tumpukan sampah kertas apartemen mereka beberapa hari lalu. Dan besok adalah saatnya. Saat yang Ia tunggu - tunggu namun juga sangat ingin Ia hindari; melihat Irene kembali menekuni hobi lama nan perlahan menjadi bakat terpendamnya walau juga menyakitkan mengingat bukan dirinya yang akan menemani Irene di panggung.

"Besok, 'kan?"

Irene jelas mengerti apa maksud pertanyaan itu. Tapi bahkan untuk sekedar menjawab 'iya' saja Ia tidak sampai hati hingga berakhir mengangguk pelan lantas kembali mengunyah makan malam mereka. Irene berpikir keras apakah tidak apa - apa jika meminta Joy datang untuk menontonnya.

Namun belum ada satu kata pun keluar, sebuah titik merah jatuh satu persatu keatas permukaan meja. Baru saja Irene memproses apa yang terjadi, gerakan sedikit panik dari Joy seolah memberitahunya.

"Rene, kau mimisan!"

Diatas kekacauan kecil sebab Joy tiba - tiba mengambil tisu sangat banyak selagi Irene menjauhkan diri dari meja, satu hal yang Irene sadari mendadak membuat dadanya sesak.

'Rene', huh?

Selagi Joy sibuk menarik lembaran tisu keluar dari tempatnya sebanyak yang Ia bisa sebab darah tak kunjung berhenti, si penderita justru terdiam memeriksa ekspresi Joy dengan senyum kecil terbit tanpa Ia sadari. Sangat tipis sampai - sampai Joy pun tak menyadari bila Irene tersenyum.

"Yak! Kenapa diam saja?! Pegang ini untuk menahan darahnya!"

Memang benar setelah Joy berteriak resah, Irene langsung mengambil alih lembar - lembar putih di tangan Joy untuk Ia letakkan di lubang hidungnya. Namun hal acak mendadak menyerang pikirannya hingga tanpa Ia sadari, tangan Irene nan bebas meraih Joy yang hendak membersihkan seluruh bercak darah yang menetes disegala tempat. Tepat ketika Joy menoleh untuk menatap Irene, di detik yang sama Irene mengeluarkan suaranya. Melakukan sesuatu nan mungkin akan Ia sesali di kemudian hari.

"Apakah kau akan datang melihatku?"

Kejam.

÷

Regards
- C

Serpentine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang