Berharga

31 12 2
                                    

Siang itu tepatnya di jam pulang sekolah, Daelala langsung kerumah sakit dimana Ayiene masih berada di sana. 2 hari telah berlalu mungkin saat ini kondisi Ayiene sudah membaik.
Ia berjalan menuju kamar rawat Ayiene dengan raut wajah gembira. Karena ia yakin hari ini terakhir Ayiene berada dirumah sakit.

Rumah sakit itu tidak menyenangkan bukan? Tidak ada yang menyukai dengan bau obat obatan yang ada disana. Di tambah lagi rumah sakit itu membosankan, tidak ada yang seru disana. Kau hanya bisa menjenguk orang sakit atau kau yang di jenguk karena sakit. Haha... Itu pikiran Daelala saat ini, dia benar-benar tidak menyukai rumah sakit maka dari itu ia tidak pernah mencita citakan menjadi  seorang dokter. Tapi ingat tanpa dokter kau tidak akan sembuh, ya walaupun semua ada di tangan sang pencipta.

Daelala membuka pintu kamar rawat Ayiene, ia melihat Ayiene sedang makan yang di sulangi salah satu pembantu rumah nya.

"Selamat siang Ayiene, selamat siang bibi". Daelala menyapa ramah.

"Selamat siang Daelala, kau datang? Aku senang sekali. Kau tau aku sangat bosan di sini, aku ingin cepat cepat pulang dan sekolah".

"Hahaha, aku juga memikirkan hal itu tadi. Pasti kau merasa bosan di sini, maka dari itu aku menjenguk mu langsung".

"Dokter bilang aku bisa pulang sore ini, aku tidak sabar".

"O ya? Syukurlah. Aku akan menunggumu sampai kau pulang nanti".

"Tapi kau belum mengganti seragam sekolah mu".

"Tidak apa-apa, apa ada masalah jika masih memakai seragam sekolah? Apa ada larangan di sini tidak boleh memakai seragam sekolah?".

"Tidak, bukan begitu. Dari pagi kau sudah memakai nya. Apa tidak apa-apa jika di pakai sampe sore? Kau pasti risih jika tidak menggantinya".

"Aku sudah biasa, jangan terlalu di fikirkan. O ya apa kau sudah meminum obat?".

"Setelah makan aku akan meminumnya".

"Bagus lah, jangan lupakan obat jika mau sembuh kau mengerti? Hahaha".

"Tentu saja".

Seseorang datang dengan masih memakai seragam sekolah juga.

"Bangchan?". Seru Ayiene dan Daelala bersamaan.

"Wah Daelala, kau juga disini ya. Aku kalah cepat ternyata".

"Aku menang, mana hadiah untuk ku? Cepat berikan!".

"Aku tidak punya" .

"Haha, aku hanya bercanda Bangchan".

"Aku tau itu, o iya bagaimana keadaanmu sekarang Ayiene? Apa sudah membaik?".

"Sudah, sore nanti aku akan pulang".

"Syukurlah, aku sangat senang mendengarnya".

"Ah rasanya aku ingin ke toilet, tunggu sebentar ya. Aku tidak tahan lagi".

Daelala pergi ke toilet meninggalkan mereka berdua, ahh tidak bukan berdua tapi bertiga. Aku melupakan pembantu Ayiene.

Bangchan duduk di samping Ayiene, yang saat itu sedang membersihkan bibir Ayiene dari sisa makanan tadi.

"Kau seperti anak kecil, bisa bisanya sisa nasi menempel di bibirmu".

"Ah benar kah?".

"Iya, tapi tidak apa-apa, itu membuat dirimu jadi menggemaskan, apa kau sudah minum obat?".

"Oh iya, ini saatnya aku meminumnya".

"Kemarikan obat yang akan kau minum, aku akan membukanya".

Always thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang