Bunuh Diri?

37 12 3
                                        

Ayiene turun dari mobil, seperti biasa ia berjalan menuju kelasnya.
Ketika sampai di kelas Daisy langsung menghampiri Ayiene dan mengucapkan selamat atas kemenangannya kemarin. Ayiene menatap mata Daisy lalu menghindar darinya.
Ayiene melihat ke arah teman teman sekelasnya, ia mencari cari kursi kosong. Lalu duduk di kursi itu. Daisy yang melihat itu tentu saja merasa aneh pada sahabatnya itu, dan langsung menghampiri yang kedua kali dan bertanya.

"Kenapa kau duduk disini?, Kursi belajar mu di depan".

"Itu dulu, ketika kau masih peduli padaku. Sekarang tidak lagi".

"Apa maksudmu? Tidak lagi bagaimana?".

"Kau sudah berubah Daisy, semenjak kau berpacaran dengan Felix. Kau melupakan aku. Ketika aku sakit kau juga tidak ada disana, lalu kemarin? Kau bersama Felix kan? Aku tau itu. Felix sekarang lebih penting dari pada diriku. Iyakan?".

"Tidak Ayiene, kau salah paham. Kau tidak tau apa yang terjadi dengarkan aku...".

"Aku tidak mau mendengar apapun lagi, jika kau memang ingin menjauh dari ku menjauhlah. Pergilah bersama Felix ".

"Ayiene dengarkan aku sebentar saja!".

"Aku tidak akan mendengarkan orang yang tidak tau diri".

Daisy terdiam atas apa yang di ucapkan Ayiene padanya.

"Kau lah yang tidak tau diri Ayiene!".

Seorang murid perempuan angkat bicara, ia merasa Ayiene lah yang bersalah disini. Ternyata murid itu memperhatikan pertengkaran mereka berdua.
Chuniyan, nama murid perempuan itu adalah Chuniyan. Ia adalah satu teman sekelas mereka berdua.
Chuniyan mendekati Ayiene dengan wajah tidak suka padanya.

"Kau jangan menyalahkan orang lain padahal kau sendiri yang salah!, Seharusnya kau yang tau diri Ayiene bukan dia! Sejak awal datang ke sekolah ini Daisy yang menemani dirimu. Apa kau ingat?. Berhentilah menyalahkan dirinya. Sekarang kau mulai bertingkah seakan akan kau yang paling benar".

"Benar Ayiene, kami semua jadi tau sifat asli mu. Kau ingin di perdulikan tapi kau tidak peduli pada orang lain".
Murid lain menimpali.

Kini Ayiene yang terdiam mendengar perkataan teman teman sekelasnya itu. Semua menghakimi Ayiene, Tidak ada pembelaan untuk dirinya. Ayiene benar-benar bungkam, ia memutuskan untuk duduk di kursi belakang sendiri.

Apa yang tidak di ketahui Ayiene, yang ia tau Daisy yang telah berubah sejak berpacaran dengan Felix.

Daisy tidak bisa mengatakan apapun, ia juga Kembali pada kursinya.

...

Pelajaran berlangsung, seperti biasa juga mereka mengikuti pembelajaran dengan baik.
Ketika belajar Ayiene tertuju pada Daisy pada kursi depan yang biasanya bersampingan dengan dirinya.
Daisy juga sesekali menoleh ke belakang memastikan Ayiene baik baik saja.
Ini kesalahan pahaman yang rumit. Ayiene yang tidak tau apa alasan Daisy selalu tidak ada di sampingnya belakangan ini dan Chuniyan yang tidak tau permasalahan mereka berdua langsung menyudutkan Ayiene membuat Ayiene semakin merasa sendiri lagi.

                              ***

Di jam istirahat Ayiene sudah pergi meninggalkan Daisy di dalam kelas. Ia pergi ke taman sekolah duduk menyendiri diantara kursi kursi putih panjang.

Sementara itu Daisy sudah di hampiri oleh Felix. Daisy tentu menceritakan yang terjadi saat pagi tadi padanya.

"Kau tidak mengatakan bahwa mobil yang kita Kendari mengalami kerusakan?". Tanya Felix setelah mendengar cerita Daisy.

Always thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang