Pantai

34 13 13
                                    

Setelah memanjakan mata pada keindahan pegunungan. Kini para murid yang sedang berlibur akan melanjutkan perjalanannya menuju pantai. Wah asyik sekali ya.

Bus berjalan menuju pantai. Senyum bahagia terpancar dari masing-masing murid. Apalagi yang ingin di pikiran mereka kecuali rasa gembira.

Ayiene menoleh ke samping, melihat Chuniyan menyandarkan diri pada sandaran kursi bus.

"Chuniyan! Apa tangan mu sudah membaik?". Tanya Ayiene.

Chuniyan menoleh kearah nya."aku rasa sudah Ayiene". Jawab Chuniyan.

"Owah, syukurlah. Kalau tangan mu terasa sakit lagi katakan padaku ya".

"Tentu sajaaa". Chuniyan tersenyum.

Wah ada apa ini pikir Daisy, kenapa mereka tiba-tiba akur? Bukankah... Ah sudahlah, syukur kalau mereka sudah baikan.

"Tangan mu kenapa Chuniyan?". Kini yang bertanya Daisy.

"Ah aku tadi terjatuh, lalu tangan ku kena akar-akar yang timbul".

"Owhh, lain kali berhati-hati lah Chuniyan".

"Iya Daisy".

"Apa sudah di obati?".

"Sudah, Bangchan tadi mengobati tangan ku".

"Ok baiklah".

***

Sampai pada tujuan, mereka semua berebut keluar bus karena tidak sabar memijakkan kaki pada pasir putih. Namun itu membuat Chuniyan kehilangan keseimbangan badan, saat ingin turun dari bus Chuniyan malah di dorong teman lainnya dari belakang. Chuniyan melompat, tubuhnya tertangkap oleh Bangchan di depannya, yang pada saat itu memberi arahan kepada teman-teman nya. Kini Chuniyan pada pelukan Bangchan, dan semua perhatian beralih padanya.

"Kau tidak apa-apa?". Tanya Bangchan yang segera melihat wajah Chuniyan.

"Tidak apa-apa, terimakasih Bangchan".

"Berhati-hati lah, kalau aku tidak menangkap mu mungkin kau sudah terjatuh saat ini".

"Baiklah maafkan aku".

Ayiene sedari tadi yang sudah keluar dari bus melihat kejadian itu terlihat murung, entah apa yang membuat wajahnya berubah. Mungkin ia merasa cemburu atau apa.

Changbin menutup mata Ayiene, dan mengajaknya menjauh dari pandangan yang membuat Ayiene tidak enak hati.

"Dari pada kau melihat mereka, lebih baik kau melihat ini!". Changbin membuka mata Ayiene. Mereka pada tepi pantai dengan karang-karang kecil di pasirnya.

Ayiene menatap Changbin dan tersenyum manis.

"Aish! Jangan memasang wajah seperti itu. Aku tidak bisa melihat nya".

Ayiene semakin membuat wajahnya lebih ceria lagi, sampai-sampai ia memegang tangan Changbin.

Dag dig dug, jantung Changbin tiba-tiba berdegup kencang. Sosok wanita yang ia cintai kini memegangi tangannya dengan erat. Tak percaya namun nyata, biasanya changbin yang selalu memegangi tangannya duluan. Changbin menatap bibir Ayiene yang tersenyum lebar ke arah lautan yang membentang luas di hadapan mereka berdua.

"Saranghae". Kata itu keluar begitu saja dari mulut Changbin. Changbin langsung menutup mulutnya.

Ayiene tidak merespon, syukurlah. Mungkin dia tidak mendengarkan nya, karena Suara changbin kecil saat mengucapkan kata itu. Changbin lalu menarik nafas, mengingat dirinya adalah seorang tuan muda yang tidak pernah takut apa pun, termasuk rasa gugup kini harus merasakannya. Takut karena tidak mau kehilangan sosok wanita pujaan, dan gugup sebab wanita pujaan itu kini mengalihkan pandangan dari laut ke bola matanya. Mereka sama-sama saling menatap, Ayiene benar-benar melupakan kejadian barusan yang membuat dirinya cemburu.

Always thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang