Chuniyan menjenguk Bangchan setelah mendengar kabar bahwa Bangchan dalam kondisi tidak baik. 1 hari terlewati, memang Bangchan tidak terlihat di sekolah. Bangchan masih terbaring di kamarnya. Tidak hanya Chuniyan, Lee know, Felix, Jisung, Jeongin, Seungmin, dan Hyunjin juga ada di tempat di mana Bangchan terbaring.
Mereka di suguhkan dengan minuman yang menyegarkan, lalu kue-kue yang akan menemani perbincangan mereka. Canda tawa terdengar di tempat itu, entah apa yang mereka bahas sehingga rasanya seru sekali jika bergabung dengan mereka.
"Lalu Hyunjin malah menabrak Eeyliez, hahaha. Ketika di marahi Eeyliez wajah Hyunjin benar-benar membuat aku tertawa. Lalu dia malah kabur". Wajah Seungmin memerah karena terus menerus tertawa.
"Bodoh sekali hyunjin, dia selalu saja membuat Eeyliez marah-marah". Timpal jisung.
"Aish, bukan begitu. Aku juga tidak tau kalau dia mau masuk ke kelas, jadi aku langsung menabrak nya. Aku rasa itu tarasa sakit baginya. Tapi dia malah menahan rasa sakitnya dengan memarahi ku". Jelas sang pelaku.
"Sudahlah, aku lelah tertawa. Kalian datang kesini bukannya membuat ku istirahat, malah membuat ku sakit perut". Ucap Bangchan, ia masih saja tertawa.
"Hei, aku baru sadar bahwa Chuniyan hanya satu-satunya wanita di sini. Chuniyan! Kau tidak membawa teman mu?". Tanya Hyunjin.
Chuniyan seketika merubah wajah matahari nya menjadi awan gelap, ada apa? Chuniyan terlihat murung mendengar pertanyaan itu.
"Aku tidak memiliki teman". Sebenarnya Chuniyan malas membahas itu.
"Ha? Benarkah?". Semua terheran, wanita sebaik Chuniyan tidak memiliki teman? Yang benar saja.
"Iya, apa kalian tidak percaya?".
"Lalu teman sekelas mu? Daisy, Ayiene?. Bukankah mereka teman sekelas mu juga? Mereka pasti nya mau berteman dengan mu. Mereka orang yang baik bukan?". Tanya Hyunjin lagi.
"Aku tidak pantas berteman dengan mereka, mereka terlalu baik".
"Aishhh, apa yang kau maksud. Cobalah jelaskan dengan jelas. Aku sama sekali tidak mengerti".
"Aku di kenal pendiam sejak masuk sekolah, aku sangat sulit berbaur dengan teman-teman lainnya. Itu sebabnya aku tidak memiliki teman. Lalu Ayiene pindah ke sekolah kita, ia langsung mendapatkan teman seperti Daisy. Aku rasa sifat ku dengan Ayiene sama. Kami terlalu menjadi anak yang pemalu. Tapi Daisy mampu merubah sosok Ayiene menjadi pemberani. Jujur aku iri pada Ayiene, sangat iri. Aku mencoba merubah sikap ku. Tapi aku merubah nya dengan cara salah. Waktu itu aku berusaha memisahkan mereka dengan cara membuat mereka bertengkar, namun itu sama sekali membuat mereka jadi berjauhan. Dalam peristiwa itu aku tersadar bahwa teman sangatlah penting bagi kita. Aku meminta maaf pada Ayiene, Ayiene memaafkan ku. Tapi aku rasa aku tidak pantas untuk berteman dengan mereka. Saat berbicara saja rasanya aku malu, malu mengingat aku pernah membuat mereka renggang". Jelas Chuniyan.
Mereka saling melirik, tak mampu berucap apa pun. Hingga akhirnya Bangchan memecahkan suasana yang hening sekejap.
"Merasa bersalah boleh saja, tapi jangan sampai membuat dirimu tidak memiliki teman. Chuniyan teman itu sangat penting, kau lihat kami? Apa kau pernah tau sejarah pertemanan kami? Sejak kecil kami sudah berteman, kami pergi sekolah bersama-sama. Salah satu dari kami harus meninggalkan yang lainnya karena pindah. Tapi apa yang terjadi, kami malah bertemu lagi di sekolah dan bersama lagi".
Chuniyan mengangguk, ia paham betul betapa pentingnya hidup memiliki teman.
"Soal pertengkaran di dalam pertemanan itu hal yang biasa, seperti Bangchan dan Changbin. Lalu Ayiene dan Daisy, aku tau Daisy dan Ayiene pernah renggang karena kesalahpahaman. Untung saja aku bisa menjelaskan pada Ayiene bahwa ada suatu hal". Jelas Felix.
![](https://img.wattpad.com/cover/235524646-288-k440574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Always there
Jugendliteraturseorang gadis bertemu dengan Delapan remaja laki-laki ketika ia pindah sekolah. Membuat kehidupannya berubah. Berteman dengan mereka bukanlah hal yang mudah. Ia harus merasakan - Pembullyan - kekerasan - ancaman karena delapan remaja itu adalah in...