Berlibur

36 13 21
                                    

Nah, hari yang tunggu akhirnya datang. Hari dimana anak murid sekolah mengadakan liburan di dua tempat yaitu pegunungan dan pantai. Daisy selaku perancang acara bersama Bangchan sibuk mengatur murid lainnya untuk bergabung sesuai kelas. Ada 3 bus sekolah yang terparkir di depan sekolah, bus itu yang akan mengantar mereka ke tujuan.

"Berbaris dengan rapi, bus satu bus dua bus tiga. Silahkan masuk ke bus kalian masing-masing sesuai kelas". Bangchan memberi perintah.

Mereka semua masuk ke bus, tak lupa Bangchan menghitung yang sudah ada di dalam bus tersebut. Mereka membawa 3 kelas murid, itu adalah tanggung jawab yang besar bagi mereka. Jadi mereka harus ingat ada berapa orang yang ikut serta dalam liburan ini. Dan guru juga tidak lepas tangan begitu saja, ada beberapa guru yang sudah berpengalaman ikut serta dalam liburan ini.

Semua sudah berada di dalam bus masing-masing, kecuali Daisy, Bangchan dan satu guru.

"Baiklah, sebelum berangkat mari kita berdoa agar keselamatan mengiringi kita sampai pulang ke rumah masing-masing". Ucap Daisy menggunakan pembesar suara.

Seluruh murid menunduk kan pandangan sambil berdoa. Lalu Bangchan dan Daisy masuk ke dalam bus.

Tak pernah lepas, seperti sepasang sendal jepit Daisy dan Ayiene duduk bersama. Siapa yang berani memisahkan mereka berdua? Tidak ada. Dan jangan sampai, atau hidup kalian berakhir di tangan Daisy. Haha ya begitulah yang di katakan Daisy pada waktu itu kalau sedang marah. Namun jangan menganggap sepele, Daisy punya rasa nekat. Bisa jadi kalau dia memiliki rasa dendam ia bisa membunuh orang itu. Ah apa ini, kenapa kita malah membahas yang menyeramkan? Ini hari bahagia untuk mereka.

"Apa kau merasa senang hari ini?". Tanya Daisy pada Ayiene yang saat itu memandang ke arah luar jendela bus.

Ayiene menjawab dengan menganggukkan kepalanya, matanya masih tertuju pada jalanan.

"Ini pertama kali aku berlibur bersama mu, mungkin ini juga yang terakhir kalinya. Ya kau tau sebentar lagi kita akan menghadapi kelulusan. Dan aku rasa kita akan sibuk pada urusan masing-masing ketika nanti".

Senyum di bibir Ayiene berubah, ia tiba-tiba merasa sedih. Lalu memandang Daisy.

"Apalagi kita semua sibuk menempuh pendidikan selanjutnya. Daisy aku rasa berteman bersamamu hanya sebentar, aku menyesali ini. Kenapa aku harus bertemu dengan mu. Kenapa aku harus bertemu dengan orang yang baik seperti mu. Ketika berpisah aku akan merasa kehilangan, sangat kehilangan".

"Tidak tidak, kita masih bisa berkomunikasi dan bertemu Ayiene. Ketika kita memiliki waktu luang. Dan ya kalau kau butuh aku di saat apa pun katakan padaku, aku akan datang untuk mu".

"Terimakasih Daisy. Aku tidak tau harus bagaimana kepada mu, sulit mendapatkan teman sebaik dirimu. Begitu juga dengan Enggie, Joan-ui, Daelala, Eeyliez, bahkan Felix dan teman-temannya".

"Jangan kau pikirkan, cukup berada di samping ku itu membuat ku Sangat bahagia Ayiene".

"Kau bahkan di sukai banyak orang, sedangkan aku? Aku hanya anak yang bermasalah".

"Ssstttt...ssstt! Apa itu? Aku tidak mau mendengar kalimat itu. Diamlah! Kau ini anak yang sangat berharga bagi semua orang. Tapi mereka saja yang tidak menyadarinya. Jangan berfikir yang macam-macam ya. Aku disini, mereka juga". Daisy merangkul Ayiene.

Terlihat pada di sebrang kursi Chuniyan yang duduk dengan entah siapa, memandangi mereka berdua (Daisy dan Ayiene). Chuniyan merasa bersalah, waktu itu ia mengatakan yang bukan-bukan tentang Ayiene. Ternyata ini, ini alasan mengapa Ayiene bersikap yang tidak enak di pandang olehnya. Bukan alasan yang aneh-aneh, ada sesuatu di balik semua yang ia tidak mengerti. Seharusnya ia memberikan semangat pada teman sekelasnya itu.

Always thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang