"apa kau menyimpan rasa pada Changbin?". Tanya Joan-ui.
Pertanyaannya membuat Ayiene terdiam. Entah apa yang dirasakannya kini. Semua terjadi begitu saja. 2 remaja kini sudah mampir di hatinya, ia bingung harus melakukan apa.
...
Siang itu Ayiene pergi menemui Joan-ui di taman kota. Ia merasa bosan di dalam rumah, dan memutuskan mengajak Joan-ui bertemu di sana. Mereka membincangkan hal-hal yang ada dalam hati Ayiene. Siapa sangka Ayiene menaruh hati pada Changbin, ia tersadar begitu bahagia dirinya ketika berada di samping changbin walaupun lelaki itu yang ia kenal adalah lelaki terseram. Tapi kenapa ia harus jatuh cinta kepada lelaki itu sedangkan ia juga menyukai temannya (Bangchan).
Changbin seorang tuan muda yang di kenal tidak peduli kepada siapa pun, harus merasakan jatuh cinta juga dengan Ayiene. Sayang sekali, kehidupan yang kaya raya tidak membuat dia bahagia, di tambah ia harus menuruti sang ayah agar pergi keluar negri melanjutkan pendidikan nya. Pastinya tuan muda harus meninggalkan teman-temannya bahkan wanita pujaan hati itu.
"Aku tidak tau, rasanya jika berada di dekatnya aku merasa senang". Jawab Ayiene yang sedari tadi jawabannya di tunggu oleh Joan-ui.
"Bagaimana dengan Bangchan?".
Itulah Joan-ui, itulah yang sedang di pikirkan Ayiene. Kenapa bisa-bisanya ia menyukai dua orang dalam pertemanan ini. Bahkan kisah itu harus membuat Bangchan dan Changbin bersaing.
"Sudahlah, tidak usah di bahas lagi. Aku harap mereka bisa dekat seperti dulu lagi".
Ya, memang benar. Semenjak peristiwa di mana Felix meledek Bangchan itu malah membuat Susana kacau. Ini sepenuhnya bukan salah Felix, lagi pula siapa yang tau kalau Changbin menyukai Ayiene? Hanya Bangchan seorang.
***
Keesokan harinya ketika jam pulang sekolah, Ayiene, Daisy, dan seluruh murid sekolah mengemasi barang. Jam belajar di sekolah telah usai.
Di depan kelas Ayiene tampak sosok Bangchan berdiri tegap dengan tas sekolah di genggam olehnya. Senyum manis terpancar dari bibir Bangchan. Ayiene membalas senyuman, tapi... Ah tidak! Tatapannya itu bukan mengarah pada Ayiene. Ayiene menoleh kebelakang, dan ya benar Chuniyan sedang tersenyum membalas Bangchan dan mendekatinya.
"Jadi hari ini?". Tanya Bangchan kepada Chuniyan.
"Hmm". Chuniyan mengangguk senang.
Itulah sedikit percakapan yang sekilas terdengar oleh telinga Ayiene. Entah apa yang akan mereka lakukan hari ini, Yang pasti Ayiene mencoba untuk tidak peduli.
Ayiene keluar dari kelas, hanya tinggal ia seorang diri di dalam kelas itu. Ia memikirkan sesuatu, tapi entah apa. Matanya mulai berkaca kaca.
"Kau kenapa?". Suara lelaki yang terdengar imut mengejutkan Ayiene.
"Ah kau mengagetkan ku". Ayiene mengusap air matanya yang sudah mengalir.
"Kau menangis? Ada apa? Ada masalah? Cerita pada ku!".
"Tidak ada Jeongin, aku rasa aku terkena sakit mata. Jadi mataku perih dan mengeluarkan air mata".
Lelaki itu ternyata Jeongin, yang tak sengaja bertemu dengan Ayiene yang mematung di depan kelas menghadap orang-orang yang berlalu lalang.
"Benarkah? Jika ada masalah cerita lah padaku, aku juga teman mu kan?".
"Tentu saja pasti aku akan bercerita padamu". Senyum Ayiene, lalu meninggalkan Jeongin.
***
Bangchan, Lee know, dan Chuniyan berjalan menuju salah satu perpustakaan kota yang cukup dekat dengan sekolah. Sebelum itu memang Chuniyan dan Bangchan ada janji untuk belajar bersama di perpustakaan itu. Walaupun berbeda kelas, namun pasti ada pelajaran yang sama. Kelas Chuniyan lebih dulu membahas pelajaran yang sama, lalu kelas Bangchan. Maka dari itu Bangchan minta tolong kepada Chuniyan agar di ajari pelajaran tersebut. Sekaligus menepati janjinya kepada Soo Yun untuk menjadi teman Chuniyan. Sedangkan Lee know hanya menemani mereka berdua, tidak ada janji sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always there
Teen Fictionseorang gadis bertemu dengan Delapan remaja laki-laki ketika ia pindah sekolah. Membuat kehidupannya berubah. Berteman dengan mereka bukanlah hal yang mudah. Ia harus merasakan - Pembullyan - kekerasan - ancaman karena delapan remaja itu adalah in...