Seorang remaja laki-laki tengah duduk pada kursi belajar di dalam kamarnya. Di hadapkan pada meja yang di penuhi buku-buku, dan alat tulis. Tak lupa sebingkai foto yang diletakkan di atas mejanya itu. Selembar foto itu di ambil ketika seorang gadis memenangkan perlombaan antar kelas.
Tidak terasa sudah cukup lama ia mengenal gadis itu. Awal berjumpa pada salah satu supermarket yang ia kunjungi. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu sudah membuat dirinya jatuh cinta.
Ia berkali-kali melirik pada phonsel yang ia letakkan pada tempat tidur untuk memastikan seseorang akan menghubungi dirinya.
Sebelumnya ia sudah menghubungi orang itu beberapa kali. Namun tidak ada jawaban darinya.
Terhitung 7 kali ia menguap dalam waktu 5 menit. Ia menahan kantuk demi sebuah jawaban dari orang tersebut, harap-harap ia akan menghubungi Kembali.Sangking sudah mengantuk ia tertidur di kursi itu, kepalanya ia sandarkan pada sandaran kursi. Baru saja ia memejamkan matanya phonselnya berdering, dengan cepat ia mengangkat.
"Ayiene! Akhirnya kau menghubungi ku".
"Maaf Bangchan tadi aku tidak memegang phonsel ku, maafkan aku".
"Tidak apa-apa, bagaimana kondisi mu sekarang? Empat hari kau tidak masuk ke sekolah. Itu sangat lama".
"Kurasa sudah membaik, hanya lukanya saja yang masih membekas".
"Syukurlah, aku sedikit tenang".
"Terimakasih Bangchan kau sudah mau mengantar ku pulang kemarin, aku tidak sempat berterimakasih pada mu waktu itu".
"Tidak apa-apa, tidak masalah. Ngomong-ngomong ada suatu hal yang ingin ku tanyakan padamu. Kenapa kau belakangan ini menjauh dari ku? Apa aku ada salah padamu?".
"Aa..emm bukan begitu, kau tidak harus tau".
"Ayiene jika aku pernah membuat mu jengkel atau kau tidak menyukai nya katakan padaku. Jika kau tidak bicara aku tidak akan tau apa sebenarnya yang terjadi. Barangkali aku bisa merubahnya".
"Tidak ada Bangchan, aku hanya tidak ingin bermasalah pada Soo Yun. Hanya itu kok, tidak ada yang lain".
"Benarkah? Jika ada masalah cerita lah pada ku. Sekarang bergegaslah tidur ini sudah larut malam".
"Baiklah, kau juga tidur. Kau harus bersekolah besok".
"Tentu saja, aku akan mendengarkan perintah tuan putri".
"Tuan putri? Haha kau ini ada ada saja".
"Haha, baiklah selamat malam. Aku menyayangimu".
Ayiene mendengarnya, lalu langsung menutup phonsel tanpa menjawab apa pun pada Bangchan.
Bangchan terdiam sejenak, memandang nomor yang barusan menghubunginya. Lalu meletakkan kembali dan pergi tidur.
***
Pagi telah tiba, hari ini adalah hari libur sekolah. Bangchan memutuskan untuk lari pagi. Ia membuka gerbang rumahnya dan mulai dengan berlari kecil.
...
Sudah cukup jauh Bangchan berlari dari rumah, kini ia berada di taman kota. Bangchan beristirahat di taman itu dan menstabilkan pernapasannya. Tiba-tiba Bangchan mendengar sesuatu, seperti suara orang terjatuh. Ia melihat ke sumber suara, dan ternyata benar ada yang terjatuh tak jauh dari ia duduk. Bangchan segera menghampiri orang itu karena sepertinya ia kesulitan berdiri.
"Mari ku bantu, pelan pelan saja".
Orang yang di tolong Bangchan menatap nya. Betapa terkejutnya mereka berdua karena orang itu adalah Changbin.
"Changbin!".
"Lepaskan aku, aku bisa berdiri sendiri".
"Kaki mu terluka apa kau tidak apa-apa?".

KAMU SEDANG MEMBACA
Always there
Fiksi Remajaseorang gadis bertemu dengan Delapan remaja laki-laki ketika ia pindah sekolah. Membuat kehidupannya berubah. Berteman dengan mereka bukanlah hal yang mudah. Ia harus merasakan - Pembullyan - kekerasan - ancaman karena delapan remaja itu adalah in...