Persiapan

41 15 2
                                    

Tiga hari telah berlalu, selama itu Eeyliez menemani dan mengajar Ayiene untuk berlatih. Kini ia berada di ruang latihan itu sendiri, ia menggerakkan seluruh badannya tanpa ada Eeyliez yang memantau.
Saat itu Ayiene mengatakan pada Eeyliez untuk tidak menemani nya lagi karena ia harus terbiasa. Tidak lupa Ayiene berterimakasih banyak pada Eeyliez yang  mau menemani nya itu.

Jam berlatih telah usai, kini ia mengemasi barang-barangnya dan segera pulang. Ketika membuka pintu, Ayiene terkejut melihat seorang lelaki berdiri di luar depan pintu. Mungkinkah itu yang dirasakan Hyunjin saat melihatnya Ayiene dengan posisi yang sama?.

"Kau menggaet kan ku".

"Maaf, tapi kau sudah memakai waktu berlatih berlebih. Aku hanya ingin mengatakan itu pada mu".

Lelaki itu adalah murid yang melihat Ayiene di kelasnya, dengan matanya yang membuat Ayiene merasa takut.

"Ah iya aku tau itu, aku segera keluar. Ini kuncinya, kau pegawai disini kan?".
Ayiene menyerahkan kuncinya pada lelaki itu.

Lelaki itu memandang Ayiene dengan mengerutkan dahinya, entah apa yang dikatakan anak perempuan itu.

Seorang lelaki paruh baya menghampiri remaja itu, dengan tubuh yang iya bungkukan lalu kembali berdiri.

"Tuan muda, apa kau ingin pulang sekarang? Aku sudah menyiapkan mobilnya di bawah". Kata lelaki paruh baya pada anak remaja itu.

"Sebentar lagi, kau turun saja duluan. Aku akan menyusul nanti".

"Baiklah tuan muda".

Lelaki paruh baya itu meninggalkan mereka.
Kini Ayiene yang mengkerut kan dahinya. Karena ia tidak tau remaja laki-laki ini siapa.

"Tuan muda? Kau?..".

"Aku anak dari pemilik gedung ini. Aku tadi hanya ingin melihat lihat kondisi disini. Lalu aku melihat jam latihan mu yang sudah terlewat, maka dari itu aku segera menunggumu di luar sini". Wajahnya sama saja, datar. Terlihat wajah lelaki yang cuek.

"Iya maafkan aku, aku tidak tau. Baiklah aku segera keluar". Ayiene segera melangkah keluar.

"AKU SEO CHANGBIN!".

Ayiene mendengar suara besar itu, Namun ia tetap berjalan menuju luar.
Tanpa disadari hari semakin gelap, Ayiene buru-buru pulang. Ia takut terjadi sesuatu olehnya jika pulang terlalu malam.

                             ***

Sesampainya ia dirumah, ia mendapati ibunya dan kakak laki-lakinya itu berada di ruang tengah. Walaupun mereka sedang berdua, tetapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ibu yang asyik memantau phonsel, dan Yu-gyeom yang asyik dengan laptopnya.

"Aku pulang".

"Kau sudah pulang ya, cepat bersihkan dirimu. Lalu segeralah makan! Makanan sudah disediakan".

"Baik Eomma".

Ayiene segera membersihkan diri lalu pergi ke ruang makan. Perutnya sudah terasa sangat lapar.
Ia meminta Yu-gyeom untuk menemaninya saat makan, ya walaupun dia masih sibuk dengan laptopnya.

"Oppa, di mana tempat mu berlatih?".
Ayiene tiba-tiba bertanya.

"Kenapa kau menanyakan itu? Apa kau mau ikut?".

"Tidak, aku hanya ingin bertanya saja. Selama ini aku tidak tau tempat berlatih mu saat kita pindah kesini".

"Oh begitu, emm di suatu tempat. Lumayan jauh dari rumah kita".

Selesai makan, Ayiene Kembali ke kamarnya. Rasa nyeri pada badannya muncul, ini karena ia terus menerus berlatih.
Ia memijat mijat kakinya yang terasa pegal itu dengan menggunakan minyak pemijat.
Tiba-tiba ia teringat pada wajah Changbin, mengingat wajah yang menyeramkan baginya. Ia pasti merasa malu dan takut jika bertemu lagi dengannya yang mengira Changbin adalah pegawai di gedung itu.

"Bodoh sekali, seharusnya aku pergi saja tadi. Tidak perlu berbicara dengannya. Semoga ia tidak semakin membenci ku".

Ayiene merasa dari awal bertemu dengannya kalau Changbin tidak menyukai keberadaannya. Entah apa yang salah dari gadis ini sehingga Changbin melihatnya seperti itu.

                              ***

Dua mobil berhenti bersamaan di depan gerbang sekolah, terlihat 2 anak murid turun dari mobilnya masing-masing. Mereka berdua sama-sama diantar sekolah oleh seorang supir.
Dan ternyata mereka berdua adalah Ayiene dan Changbin.
Ayiene melihat Changbin, begitu juga Changbin. Mereka berdua saling bertatapan beberapa menit sebelum Ayiene berjalan cepat menuju kelasnya.

"Cih, anak aneh". Bangchan berjalan santai menuju kelasnya juga, dengan meletakkan kedua tangannya ke kantong celana.

Tentu saja cara dia berjalan membuat murid-murid perempuan teriak histeris melihat Changbin. Namun tidak ada yang berani mendekatinya.

"Berisik sekali". Celotehnya.

...

Bel tanda masuk berbunyi, semua sudah berada di dalam kelas masing-masing. Ya walaupun masih ada anak yang berlalu lalang di luar sana.

Berapa menit mereka belajar, kelas Ayiene di datangi seorang murid dari kelas lain. Ia mengenali murid itu.
Felix datang ke kelas Ayiene untuk memanggil Daisy, karena ada urusan yang harus mereka kerjakan, tentu saja masalah perlombaan itu.
Daisy meninggalkan Ayiene duduk sendiri, Daisy tidak bisa mengajak Ayiene dikarenakan ini adalah waktu belajar. Lagi pula Ayiene tidak ada urusannya dengan masalah itu.

Daisy berjalan dengan Felix menuju salah satu ruangan yang begitu besar dan megah. Sudah ada Daelala dan Bangchan yang menunggu, ada juga murid lainnya yang membantu persiapannya. Lalu Daisy terfokus pada dua anak yang tentu saja sangat ia kenal sedang melambai tangan padanya.

"Enggie? Joan-ui? Kalian disini juga".
Daisy menghampiri mereka yang tengah menyusun kotak kotak kecil.

"Ya begitulah, hari ini guru kami tidak datang. Lalu kami di arahkan kesini, sebenarnya aku tidak mau. Tapi katanya membantu ini mendapatkan nilai juga". Kesal Joan-ui.

"Membantu karena paksaan ya, haha". Tawa Daisy.

"Bisa jadi, padahal rencana nya tadi aku ingin tidur dikelas".

"Apa kau tidak ingin ikut lomba ini Joan-ui?"  Kali ini Enggie yang bertanya.

"Tidak, aku akan menyuguhkan bakat apa?".

"Bakat tidur!".

Seketika Daisy dan Enggie tertawa keras, sehingga semua orang yang ada di ruangan itu melihat mereka.

"Daisy! Kemarilah!".

Daisy menghampiri Bangchan yang memanggilnya itu. Ia memberikan setumpuk kertas formulir sudah di isi oleh orang orang yang akan ikut perlombaan.
Daisy melihat siapa siapa saja yang akan mengikuti lomba nanti.

Ia terhenti pada bagian formulir nomor 25, 'Kim Ayiene' dari kelasnya, itu pasti teman sebangkunya yang pasti tidak ada nama Kim Ayiene dikelasnya itu selain dirinya. Nama teman sebangkunya itu terdaftar dalam perlombaan ini. Ia terkejut dan senang bukan main. Akhirnya ia mau mengikuti lomba ini.

"Bangchan!, Apa kau melihat ini, Ayiene mengikuti lomba ini". Daisy menunjukkan formulir milik Ayiene.

"Iya Daisy, aku yang menuliskan itu kemarin. Kau tidak tau ya kalau dia ikut lomba? Aku pikir kau sudah mengetahuinya".

"Aku tidak tau sama sekali, dia tidak bercerita tentang ini pada ku. Kenapa ya?".

"Ah sudahlah tidak perlu di pikirkan, yang terpenting dia sudah mau menunjukkan dirinya".

"Kau betul juga".

"Heiii heiii!! Jangan mengobrol saja di situ! Bantu aku mengangkat ini, berat sekali". Ujar Daelala yang terlihat sedang menyeret keranjang besar berisi peralatan yang tidak terpakai lagi.

"Haha, aku akan membantu mu". Daisy menyimpan tumpukan formulir itu dan segera membantu Daelala.
  
                                •••

Always thereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang