"berhenti jeonggiiiiiin!!".
"Tidaaaakkk!!".
2 anak murid yaitu Hyunjin dan Jeongin berlarian di lorong sekolah. Menjadi pusat perhatian murid lainnya? Tentu saja benar. Namun mereka berlarian bukan karena ingin mencari perhatian, tetapi Hyunjin terpaksa mengejar Jeongin karena dirinya usil pada Hyunjin. Ada satu buku harian milik Hyunjin di ambil oleh Jeongin saat Hyunjin tak sengaja mengeluarkan buku itu. Seharusnya buku itu tak di bawa, mungkin karena Hyunjin salah membawa buku jadinya ia malah membawa buku rahasia miliknya.
Kini mereka masih saling berkejaran layaknya anak kecil yang bersekolah di taman kanak-kanak.
"Jeongiinn! Berhentilah!".
"Jika kau ingin ini maka kejar dulu aku. Haha".
"Kau ingin mati ya haaa!!".
Hyunjin tak henti mengejar, begitu pula Jeongin yang tak henti berlari. Dan brakkk...
Jeongin menabrak Joan-ui yang berjalan di depannya. Mereka berdua terjatuh, lalu buku yang di bawa lari oleh Jeongin berhasil di ambil oleh Hyunjin, Hyunjin juga membantu Joan-ui yang mengaduh kesakitan berdiri kembali."Hyunjin kau tidak membantu ku berdiri?". Rengek Jeongin.
"Tidak mau, kau usil padaku. Karma instan sangat sangat sangat sangat sangat sangat berlaku kau ingat itu!".
"Kejam sekali".
"Jeongin berdiri lah!". Joan-ui mengulurkan tangannya pada Jeongin.
Jeongin menggenggam nya dan berusaha berdiri, walaupun yaa bokongnya terasa sakit.
"Terimakasih Joan-ui, em aku minta maaf karena membuat dirimu terjatuh".
"Tidak apa-apa, aku juga tidak melihat mu tadi".
"Haish haishh ada apa ini, Joan-ui kau kenapa?". Enggie yang berjalan kearah kelas jadi berbelok ke tempat tiga anak itu berdiri.
"Jeongin menabrak Joan-ui, ku rasa ia tidak memiliki rem ketika itu. Jadi kecelakaan para murid terjadi di pagi ini di depan kelas adik kelas". Jelas Hyunjin yang terdengar berlebihan.
"Ya Tuhan, ada ada saja. Bagaimana bisa kalian malah bertabrakan begini. Lucu sekali hahahaha". Enggie tertawa.
"Hihi, maaf maaf. Heihh apa ini? Ini pulpen milik mu yang terjatuh Joan-ui?". Jeongin mengambil pulpen itu. "Jeongin? Hei ini namaku". Dirinya melihat ada tulisan namanya di pulpen itu.
Joan-ui langsung mengambil dengan cepat, namun terlambat karena Jeongin sudah membacanya.
"Kenapa ada namaku disana?". Tanya Jeongin lagi.
"Ti..tidak kau salah baca, ini nama ku". Joan-ui berbohong, jelas-jelas itu nama Jeongin.
"Kau tidak tau ya Jeongin, Joan-ui adalah fans berat mu". Ceplos Enggie.
"Hei Enggie diamlah".
"Kau mengidolakan ku juga Joan-ui?".
Pertanyaan itu tidak di jawab, karena malu Joan-ui langsung pergi dari tempat itu dari pada memperpanjang hal ini. Tau atau tidak tau itu sama saja, Joan-ui akan tetap menjadi salah satu fans Jeongin bukan kekasih, lagi pula Joan-ui tidak mengharapkan itu. Mengetahui bahwa dirinya hidup saja ia sudah sangat bahagia. Namun kejadian barusan membuat Joan-ui sedikit kesal dengan Enggie teman sebangkunya itu. Padahal Joan-ui pernah mengatakan pada Enggie mengidolakan Jeongin adalah rahasia terbesar nya. Jadi ia meminta tolong kepada nya untuk tidak memberi tau.
Jam masuk pelajaran berbunyi, Enggie datang ke kelas sambil tersenyum-senyum pada Joan-ui, dan duduk di sampingnya.
"Hei, apa kau tau ketika kau pergi tadi Jeongin langsung bertanya apa benar kau mengidolakan nya juga. Lalu aku menjawab nya tentu saja iya, dan Jeongin tersenyum senyum. Mungkin saja dia senang Joan-ui". Enggie bermaksud untuk membuat temannya itu senang. Namun yang ia dapati hanyalah muka suram dari Joan-ui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Always there
Teen Fictionseorang gadis bertemu dengan Delapan remaja laki-laki ketika ia pindah sekolah. Membuat kehidupannya berubah. Berteman dengan mereka bukanlah hal yang mudah. Ia harus merasakan - Pembullyan - kekerasan - ancaman karena delapan remaja itu adalah in...