6. Pemilu Raya

117 10 1
                                    

Happy Reading

"Kamu ada hubungan apa sih sama Mas Pram?" tanya Mas Chandra tanpa basa-basi.

Saat ini aku dan Mas Chandra sedang berada di sekretariat BEM Universitas. Kami akan melakukan rapat pemantaban untuk pelaksanaan Pemilu Raya besok lusa.

"Mas Pram?"

Pasti Mas Chandra akan membahas tentangku dan Mas Pram di perpustakaan tempo hari.

"Kemarin aku lihat kalian asyik banget ngobrol di perpustakaan. Habis itu kalian pergi bareng, kemana? Kalian ngedate?" tanyanya.

Sebenarnya aku ingin menanyakan hal yang sama. Mengapa dia juga kelihatan begitu dekat dengan Gendhis? Gendhis itu sebenarnya siapanya Mas Chandra? Tapi aku tak sampai hati untuk menanyakan hal itu. Aku ingin Mas Chandra jujur sendiri tanpa aku kode. Semoga dia peka dengan apa yang sudah ia lakukan di belakangku.

"Kemarin nggak sengaja ketemu di perpustakaan. Ternyata dia orangnya asyik juga. Bisa dibilang humoris," jawabku sesantai mungkin.

"Kamu suka sama dia?" tanyanya.

Woowww to the point sekali Mas Chandra....

Langsung menuduh tanpa mencari tahu kebenarannya seperti apa. Amazingg........

"Kenapa kamu berpikiran seperti itu? Apa kamu mau kembali mengungkit masa lalu? Terus apa bedanya sama kamu yang sering jalan sama Gendhis? Siapa dia untuk kamu?" tanyaku menantang.

Sudah kepalang emosi, jadi sekalian saja aku ucapkan hal itu. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Kok kamu jadi nyolot sih Nav?" balasnya.

Aku menghela nafas agar tak terlihat begitu emosi. Bagaimanapun ini masih di lingkungan kampus. Aku tak boleh tersulut emosi, atau akibatnya akan fatal.

"Aku cuma tanya hal yang sama seperti yang kamu tanyakan tadi," balasku berusaha tenang.

"Kalau kamu nggak ada apa-apa sama Gendhis, ya aku nggak masalah," lanjutku.

"Kita itu lagi bahas tentang Pemilu Raya, kamu tahu sendiri aku dulunya nggak terlalu kenal sama Gendhis. Jadi kita lagi bangun chemistry," jelasnya.

"Kamu mau jadi Presiden BEM atau artis sinetron sih? Segala pakai bangun chemistry?" tanyaku lagi.

"Terserah kamu lah Nav, sebahagia kamu nuduh aku selingkuh," ujarnya.

"Aku nggak nuduh kamu selingkuh. Aku cuma tanya apa bedanya kita? Oke, aku sama Mas Pram kemarin jalan bareng. Tunggu dulu, jangan kamu potong ucapanku," ujarku saat dia akan menyela.

"Dari awal aku ingin kita publish tapi kamu selalu bilang biar mereka tahu sendiri, dan aku selalu bingung kalau ditanya ada hubungan apa sama kamu. Terus aku salah kalau aku diajak jalan sama orang lain? Kalau aku bilang aku pacaran sama kamu, kamu aja nggak pernah mengakui aku sebagai pacar kamu," lanjutku.

Mas Chandra terdiam.

"Udahlah Mas, kita fokus sama Pemilu Raya dulu. Masalah kita beresin belakangan," ujarku sambil berlalu pergi.

Aku hanya takut emosiku semakin nggak terkontrol kalau diteruskan berdebat.

"Kamu debat apa sama Chandra?" tanya Mas Ridhan.

Mas Ridhan adalah salah satu rival Mas Chandra dalam pemilihan Presiden BEM Fakultas. Tapi diluar kompetisi itu, mereka sangat dekat. Mas Ridhan anak Akuntansi juga tapi semester 4, sama dengan Mas Chandra.

"Nggak apa-apa kok Mas, cuma salah paham aja. So, tenang aja," jawabku yang memaksakan senyum.

"Chandra emang gitu ya dari dulu? Suka mendebat orang," ujar Mas Ridhan sambil terkekeh.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang