12. Aku Harus Apa?

128 11 0
                                    

Dari perpus Mas, cari buku kisi-kisi menahan cemburu sama cara menghargai pacar

~Chandra si perusak mood~





Happy Reading

Acara job fair selesai. Selanjutnya tinggal membuat laporan pertanggungjawaban atau LPJ. Meski saat ini aku tidak berperan sebagai sekretaris acara, namun aku tetap harus membuat notulen pertanggungjawaban untuk BEM Universitas. Semua LPJ yang diajukan oleh setiap fakultas, aku teliti dan aku buat notulen evaluasinya. Memang ini lah kerja seorang sekretaris. Selalu berhubungan kalau nggak proposal ya LPJ.

Saat ini aku dan Mas Pram sedang berada di sekretariat BEM Universitas. Kami berdua sedang meneliti dokumen LPJ. Sebenarnya aku nggak sendiri karena ada Mbak Fira yang akan membantu. Hanya saja saat ini dia masih ada kelas.

"Nav, Fira kemana?" tanya Mas Pram.

"Katanya masih kelas Mas sampai jam 2, nanti dia kesini kok," jawabku.

"Masih banyak fakultas yang belum mengumpulkan LPJ?" tanyanya lagi.

"Dari kampus C belum ada ngumpulin sama sekali. Ini baru kampus A dan B," jawabku.

Bersamaan dengan pintu sekre dibuka seseorang. Aku kira Mbak Fira, ternyata orang yang paling aku hindari saat ini. Rasanya terlalu malas untuk sekadar menyebut namanya. Kata-katanya saat menembak Gendhis masih terngiang di telingaku. Rasa sakitnya pun masih sangat terasa. Kenapa harus melihat wajah menyebalkannya sih? Ngapain juga dia harus ke sekre BEM Universitas? Kenapa nggak langsung pulang atau kemana aja asal nggak dekat denganku.

"Dari mana Ndra?" tanya Mas Pram.

"Dari perpus Mas, cari buku kisi-kisi menahan cemburu sama cara menghargai pacar," jawabnya asal.

"Lahh lagi cemburu sama siapa? Pakai kisi-kisi segala," balas Mas Pram sambil terkekeh.

Kalau saja Mas Pram tahu kalau perkataan orang itu menyindirnya. Tapi nggak mungkin dia cemburu. Toh dia juga udah bahagia bersama pacar barunya. Apa dia bilang? Pacar? Halu deh tuh orang.

"Lagi ngapain sih kalian?" tanya Chandra sambil mendekatiku.

Jujur kenapa sekarang aku jadi risih saat dirinya mendekat? Karena itu hanya akan mengingatkanku dengan ucapannya tempo hari bersama Gendhis.

"Ngurus LPJ, masih banyak yang belum ngumpulin," jawab Mas Pram.

Aku mah cuma diam aja. Nggak mau repot-repot mengeluarkan suara untuknya.

"Ohhh,"

Dia berlalu ke sofa dan menidurkan dirinya. Terlihat dia terlalu lelah. Ahhh bodo amat lah mau dia lelah atau apapun itu aku nggak akan peduli lagi.

"Hufffttt selesai sudah yang ini. Tinggal nanti yang kampus C. Katanya sih paling lambat besok mau dikumpulin," ujarku.

Mas Pram hanya manggut-manggut. Dan sepertinnya kakak tingkatku itu sedang gelisah.

"Mas, ada apa? Kayaknya gelisah gitu?" tanyaku ragu.

"Kamu benar-benar lagi sendiri kan?" tanya Mas Pram.

Pasti deh tentang itu lagi. Aku cuma takut salah jawab. Apalagi disini ada seseorang yang sangat berjasa membuatku sakit hati. Orang itu sedang pura-pura tidur di sofa.

Aku mengangguk

"Nggak lagi dekat sama siapapun kan?" tanyanya lagi.

Aku lirik Chandra tertutup matanya tapi aku tahu kalau dia mendengarkan obrolan kami.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang