35. Memperjuangkan

118 11 0
                                    

Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai dan satu kesalahan akan menghancurkan seribu kebaikannya




Happy Reading

"Apa selama ini Chandra nggak pernah memperjuangkan kamu Nav?" tanya Bapak.

Aku diam karena bingung mau jawab apa.

"Pak, Om, tentang urusan ini biarkan Chandra dan Navya bicara berdua lagi nanti. Mau dibawa kemana hubungan kami nanti. Jujur, saat ini prioritas kami berdua adalah karir. Memang nggak menutup kemungkinan untuk menikah, tapi pernikahan juga nggak asal ijab kabul kan? Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Mungkin secara materi, kami berdua sudah mampu tapi secara batinnya kami masih harus melakukan penyesuaian, apalagi Chandra ingin Navya sembuh total dulu. Biarkan mengalir aja hubungan kami, kalau jodoh kan nggak akan kemana," ujar Mas Chandra.

Tumben tuh orang ngomong bijak. Wkwkwkwkwk

"Mas Chandra benar, sampai saat ini kami nyaman-nyaman aja dengan hubungan profesional kerja. Nggak tahu juga kan nantinya kami akan berjodoh atau nggak. Biarkan mengalir seperti air saja, nggak perlu dipaksakan," timpalku.

"Orangtua cuma mau yang terbaik buat anaknya. Jadi, apapun keputusan kalian nanti, Insyaa Allah kami akan dukung sepenuhnya," ujar Ibu.

***

Setelah Papa, Bapak, dan Ibu pergi, suasana kembali canggung karena hanya ada kami berdua. Kaka batal ke Rumah Sakit, katanya ada praktik tambahan. Maklum saja, dia masuk jurusan Arsitektur yang banyak praktiknya.

Mas Chandra duduk disebelahku. Daritadi kami sama sekali nggak mengeluarkan suara karena asyik menonton televisi.

"Kue dari Mas Pram kok nggak dimakan?" tanyanya memcah keheningan.

"Udah tadi," jawabku.

"Nav," panggilnya.

"Ya?"

Aku lihat dia agak gelisah. Mungkin ada hal penting yang akan dia sampaikan. Tapi apa?

"Kalau misal ada yang melamar kamu, kamu terima nggak?" tanyanya.

"Kenapa tanya gitu?" tanyaku balik.

"Ya, nggak apa-apa. Cuma tanya doang, nggak boleh ya?" balasnya.

"Dihhh baperan," kekehku.

"Lamaran itu kan pasti tujuannya nikah, jadi misal ada yang lamar aku, belum tentu aku terima gitu aja. Orang lamar pekerjaan aja nggak bisa langsung diterima, apalagi pasangan untuk selamanya. Butuh pertimbangan juga," ujarku.

"Nav," panggilnya lagi.

"Apa?"

"Kalau ada yang ingin memperjuangkan kamu di luar sana, kamu mau? Meski bukan aku," ujarnya.

"Kamu kenapa sih? Habis minta maaf sama dikasih restu sama Papa dan Bapak, kenapa jadi gini?" tanyaku.

"Karena aku ingin memantaskan diri buat kamu. Kita emang nggak tahu dengan siapa kita berjodoh nanti, tapi usaha memantaskan diri nggak masalah kan?" jawabnya.

"Tapi apa aku pantas sama kamu? Dan kamu tahu laki-laki itu yang dipegang ucapannya. Aku semalam udah bilang ke Mas Pram untuk memperjuangkan kamu lagi, buat kamu bahagia. Apa aku benar laki-laki kalau aku juga ingin memperjuangkan kamu lagi? Aku bingung Nav, apa aku harus melepaskan kamu buat Mas Pram atau aku memperjuangkan kamu lagi?" lanjutnya.

"Semalam Mas Pram menyetujuinya?" tanyaku.

Karena yang aku tahu, Mas Pram sedang memperjuangkan gadis lain yang belum aku tahu namanya.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang