47. Anugerah Terindah

142 13 0
                                    

Happy Reading

"Pagi istriku sayang.......," ujar Mas Chandra. 

Kami baru saja bangun karena semalam aku susah untuk tidur. Semalaman aku terus menerus mual. Entah ada apa dengan tubuhku ini. Padahal pola makan sudah aku jaga sebaik mungkin.

"Pagi suamiku sayang," jawabku lemah.

"Gimana perut kamu masih mual?" tanya Mas Chandra khawatir.

Aku menggeleng pelan, "Tapi masih lemas," jawabku.

"Ke dokter aja gimana?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng, "Kamu izin aja ya, temenin aku di rumah," ujarku.

Mas Chandra mengernyitkan dahi

"Tumben kamu manja?" tanyanya.

"Nggak tahu,"

"Yaudah aku izin ya nanti, hari ini nggak ada meeting penting juga. Tapi kamu mau ya periksa ke dokter, biar kita tahu kamu sakit apa," sarannya.

Mau tak mau aku mengangguk.

Usia pernikahanku masih jalan lima bulan. Selama itu pula hanya ada keharmonisan di dalam rumah tangga kami. Permasalahan antara suamiku, Papa dan Bapak, sudah benar-benar selesai. Alhamdulillah sekarang kami menjadi keluarga besar yang harmonis. Meski tak dapat dipungkiri kalau kedepannya bakal ada kerikil-kerikil dalam rumah tangga, tapi sebisa mungkin kami berkomitmen.

"Kamu mau dibuatin apa yank?" tanya Mas Chandra.

"Buatin bubur kayak biasa ya," jawabku.

Tubuhku benar-benar lemas, untuk bangun dari tempat tidur saja rasanya nggak kuat. Terlalu banyak cairan yang keluar dari tubuhku semalam.

"Yaudah aku buatin dulu ya. Kamu mau mandi dulu nggak?" balas Mas Chandra.

"Iya tapi nanti ya, masih lemas banget Mas," jawabku.

"Yaudah nggak apa-apa,"

Beberapa menit kemudian aku memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidur dan mandi. Aku butuh penyegaran. Saat aku keluar dari kamar mandi, suamiku sudah menyiapkan bubur yang aku inginkan. Entah kenapa aku sangat menginginkan makanan itu sekarang.

"Udah siap nih, mau makan sendiri apa disuapin?" tanya Maa Chandra.

"Suapin ya sayang. Suamiku kan baik hati dan tidak sombong," rayuku.

Mas Chandra hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan manjaku ini. Aku pun tak tahu kenapa aku jadi manja seperti ini, padahal biasanya dia yang selalu manja kepadaku.

"Baiklah rayuanmu ku terima istri manjaku," balasnya sambil terkekeh.

Baru satu suapan bubur itu masuk ke dalam mulutku, tapi perutku kembali mual lagi dan aku langsung berlari ke kamar mandi.

Hueeekkkk huekkkkkkk

Tiba-tiba Mas Chandra memijat tengkuk kepalaku dan menahan tubuhku agar tak limbung.

"Mas lemas banget," ujarku.

Mas Chandra langsung sigap menggendong diriku ala bridal style. Uhhh romantisnya suamiku ini. Hehehehehe

"Kamu kuat nggak ke dokter? Kita ke dokter sekarang aja yuk," ujar Mas Chandra yang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.

Aku hanya mengangguk dan dibantu siap-siap oleh suamiku. Tanpa menunggu lama, kami akhirnya bergegas ke klinik terdekat dari rumah.

"Sayang kok aku merasa kamu lagi hamil ya?" ujar Mas Chandra memecah keheningan di mobil.

"Semoga aja ya Mas," jawabku.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang