Semua orang mengatakan "asal aku bahagia", tapi apa mereka tahu kebahagiaan sebenarnya yang aku butuhkan seperti apa?
Happy Reading
"Nav, buatkan surat pengajuan mutasi ya," ujar Mas Chandra.
Aku sempat terkejut mendengarnya. Siapa yang akan dimutasi? Apakah aku?
"Untuk siapa Pak?" tanyaku.
Meski di luar kantor kami sudah baik-baik saja, tapi tetap di kantor kami masih profesional kerja. Dan aku belum menceritakan perihal Papa yang nenyuruhku resign, meski dia pasti sudah dengar dari obrolanku dengan Bapak kemarin.
"Untuk saya," jawabnya.
Aku semakin dibuat bingung. Ngapain dia mengajukan mutasi?
"Nav," panggilnya karena tak mendapat responku.
"Ehh iya Pak?"
"Kamu dengar nggak saya tadi bilang apa?" tanyanya tegas.
Aku refleks mengangguk tanpa berani menatapnya. Setelah itu dia masuk ke dalam ruangannya. Mau tak mau aku membuatkan surat pengajuan mutasi seperti yang dia inginkan.
Tok tok tok
"Masuk,"
Aku masuk ruangannya sambil membawa surat tersebut. Terlihat dia terus menerus memijat pangkal hidungnya.
"Ini Pak suratnya," ujarku.
"Taruh sini aja, saya mau ke toilet dulu," jawabnya.
Lahh ngapain segala ngomong mau ke toilet. Ya kali aku mau ikut. Wkwkwkwk
"Kenapa tiba-tiba mengajukan mutasi?" tanyaku yang sukses menghentikan langkahnya.
"Nggak apa-apa, kamu nggak perlu tahu," jawabnya.
"Karena aku bukan siapa-siapa kamu? Jadi nggak perlu tahu?" ceplosku.
Sumpah itu keceplosan. Aku nggak berniat bilang seperti itu.
"Maaf Pak, bukan maksud berkata seperti itu," ujarku kemudian.
Dia masih terdiam. Apa dia marah ya? Tatapannya itu benar-benar salah tingkah.
"Kalau gitu saya permisi," ujarku lagi.
Saat aku melangkah keluar, tiba-tiba tanganku ditarik ke belakang olehnya. Jarak kami berdua sangat dekat dan aku bisa merasakan detak jantungnya yang sama kencangnya dengan detak jantungku, juga hembusan nafasnya yang semakin dekat dengan hidungku.
Untuk sepersekian detik tatapan kami pun terkunci satu sama lain. Menyelami kejadian demi kejadian yang telah kami lalui selama ini.
"Aku hanya ingin kamu bahagia," ujarnya.
Aku tersadar dan langsung menjaga jarak dengannya.
"Apa kamu tahu apa yang bisa buat aku bahagia?" tanyaku dengan masih menatap matanya.
"Ini udah masuk jam istirahat, kita bicara di luar kantor aja sambil makan siang. Kamu tunggu sini, aku mau ke toilet dulu," ujarnya.
Aku sempat terkekeh melihat ekspresinya menahan hajatnya dan langsung mengacir ke toilet. Mau tak mau aku menunggunya hampir sepuluh menit. Ngapain aja sih dia di toilet lama banget.
"Yuk,"
"Lama banget, ngapain aja?" tanyaku.
"Kepo ya?"
"Nggak lah ngapain kepo," keukeuhku.
Kami pun makan siang di resto dekat kantor. Ingin suasana baru aja sih. Bosen kalau makan di kantor terus. Hehehehehe

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Simpul Mati 2
Ficção GeralCinta Orang bilang cinta itu indah, penuh suka cita, membuat siapapun yang merasakannya akan melakukan apapun demi cinta mereka. Namun terkadang, mereka tak menyadari adanya kepalsuan dalam cinta. Sejatinya kita tak pernah tahu apa yang sedang ora...