Extra Part

202 19 0
                                        

Author pov

"Bundaaaaaa, seragam adek nggak ada," teriak seorang anak perempuan dari kamarnya.

Sang Bunda yang tengah menyiapkan sarapan pun bergegas masuk ke kamar sang anak.

"Kenapa sih dek teriak-teriak? Coba dicari dulu. Masa seragam bisa hilang," ujar sang Bunda.

"Beneran Bunda, Aya kan nggak pernah bohong," jawab sang anak.

Cahaya Vyandra Hapsari, gadis kecil yang kini sudah beranjak remaja dan sudah duduk di bangku kelas 3 SMP.

Tiba-tiba dari kamar sebelah terdengar jeritan yang sama.

"Bundaaaa, sepatu kakak kok nggak ada?" teriak anak laki-laki itu.

"Allahuakbar, ada apalagi sih kak? Emangnya kemarin kamu taruh mana sepatunya?" tanya sang Bunda.

"Ya ditaruh disini lah Bun, tempatnya kan nggak berubah. Kecuali kalau ada yang maling," ujar sang anak.

Abimana Ravyndra Bagaskara, kembaran Cahaya yang kini juga duduk di bangku kelaa 3 SMP. Dia dipanggil kakak karena lahirnya lebih dulu.

"Kak Abi kenapa lihatin Aya kayak gitu sih? Mau nuduh Aya lagi?" tanya Cahaya atau akrab dipanggil Aya.

"Lahh biasanya kan kamu yang usil. Suka ngumpetin barang-barangku," balas Abimana atau biasa dipanggil Abi.

"Udah udah, kalian tuh berantem mulu kalau lagi kumpul. Makanya barang tuh dijaga baik-baik," omel sang Bunda.

Tiba-tiba dari bawah, sang Ayah membawakan kue ulang tahun dan satu paperbag.

"Happy birthday to you, happy birthday to you. Selamat ulang tahun anak-anak Ayah," ucap  sang Ayah.

"Ahhh Ayah bikin baper deh," balas Aya sambil memeluk Ayahnya.

Begitu pula Abi yang ikut-ikutan memeluk sang Ayah.

"Selamat ya kalian udah 15 tahun. Semoga apapun yang diinginkan bisa tercapai," sambung sang Bunda.

"Makasih Bunda," balas Abi dan Aya sambil menyerang Bundanya dengan kecupan di pipi.

"Kalian tuh ya, Ayah yang bikin surprise tapi Bunda yang dapat kecupan," protes sang Ayah.

Chandra dan Navya beserta anak-anak mereka yang kini hidup harmonia setelah melewati berbagai macam cobaan di dalam hubungan mereka. Sekarang mereka sedang merayakan ulang tahun anak-anaknya yang terlahir kembar. Abi dan Aya, cahaya dan kekuatan dari pasangan itu.

"Nihh seragam sama sepatu baru untuk kalian," ujar Chandra.

"Jadi Ayah yang ngumpetin?" tuduh Aya.

Cahaya atau Aya tumbuh menjadi gadis aktif yang nggak bisa diam alias cerewet, juga sangat usil. Sama persis seperti Ayahnya. Sedangkan Abimana atau Abi tumbuh menjadi cowok remaja yang pendiam tapi cekatan dalam mengerjakan apapun. Sama seperti Navya yang tak suka banyak bicara tapi pekerjaan cepat terselesaikan.

"Salah siapa seragam udah lusuh dan sepatu udah nggak layak pakai, masih aja dipakai. Ayah tuh masih mampu membelikan kalian barang-barang itu. Tapi kenapa nggak bilang? Ini Ayah dapat info dari Bunda kalian, jadi ya Ayah sengaja ambil seragam sama sepatu kalian," jelas Chandra.

"Yah, sebenarnya kita tuh mau minta sama Ayah dari minggu lalu. Tapi tahu sendiri Ayah masih di Bandung," jawab Abi.

"Kenapa nggak minta ke Bunda?" tanya Navya.

"Kita agak sungkan Bun. Kita udah banyak minta sama Bunda," jawab Aya.

"Yaudah, ini lilinnya ditiup dulu. Ayah capek megangnya," ujar Chandra.

Abi dan Aya meniup lilin dan memotong kue tart itu.

"Bunda sama sekali nggak merasa direpotkan sama kalian. Ayah dan Bunda kerja juga uangnya untuk kalian," ujar Navya.

"Kita juga udah nabung sih Bun, cuma keduluan Ayah ngasih kejutan ini," ujar Abi.

"Emang ya, anak-anak Ayah semuanya mandiri. Pertahankan prinsip hidup seperti itu ya sayang," ujar Chandra.

"Harus dong Yah,"  balas Aya.

"Karena kalian udah buat bangga Ayah dan Bunda, nanti kita makan malam di restonya Tante Dini," ujar Navya.

"Yeeeeee,"

***

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang