25. Mama dan Ibu

133 13 0
                                    

Sekali lagi aku tegaskan, hanya berkaca-kaca, air mataku entah hilang kemana sejak bertahun-tahun yang lalu

~Perempuan Kuat~





Happy Reading

Sudah lama aku tak menghabiskan waktu bersama Mamaku tercinta. Dua tahun lamanya aku tak pernah jalan berdua di mall seperti ini. Padahal dulu hampir setiap bulan kami selalu menyempatkan untuk jalan atau berbelanja kebutuhan rumah di mall atau sekadar ke supermarket.

Karena Papa dan Kaka juga sedang futsal, jadinya aku dan Mama memilih untuk menghabiskan waktu di mall. Mulai dari menonton film, berbelanja kebutuhan rumah, berbelanja beberapa potong pakaian dan make up, dan berakhir kelaparan sekarang.

"Mama masih ada yang mau dibeli?" tanyaku.

Aku ingin membahagiakan keluargaku dengan uang yang aku hasilkan sendiri. Memang dalam kurun waktu dua tahun ini aku selalu mentransfer hasil kerjaku tapi tidak dengan waktuku. Kadang kalau keluargaku mengunjungi ke Malang hanya dua hari satu malam saja. Tidak sepuas sekarang.

"Udah banyak ini Nav, mau nambah apalagi coba," balas Mama.

"Nggak apa-apa Ma, tambahin lagi tuh kaos buat Papa sama Kaka," ujarku lagi.

"Lebih baik uangnya buat kamu tabung Nav. Buat tabungan nikah atau untuk masa depan kamu sama keluarga kamu nanti," canda Mama.

"Pengen sih nikah, tapi calonnya belum nemu Ma," balasku.

"Makanya cari sana. Jangan kerja terus, cari suami juga harus," ujar Mama.

Mama aku rangkul, "Ma, aku tuh mau bahagiakan Mama sama Papa dulu. Baru nanti cari jodohnya,"

"Mama juga ingin yang terbaik untuk kamu. Semoga jodoh kamu nanti adalah orang yang bisa menggantikan tanggung jawab Papa dengan baik. Pokoknya yang terbaik dari yang baik," ujar Mama.

"Ahh Mama bikin melting aja. Baper aku tuh Ma," rengekku.

"Kamu tuh ya masih aja kayak anak kecil, pakai baper-baper segala," gerutu Mama.

"Nav akan selalu menjadi anak kecil untuk Papa dan Mama, sekalipun nanti Nav udah berkeluarga," balasku.

"Udah jangan banyak baper. Nih bayar dulu belanjaannya," ujar Mama sambil menyerahkan belanjaan fashion dan makeup.

"Siap Ibu Negara," balasku sambil hormat.

Kami pun lanjut mencari tempat makan. Karena udah lapar, jadi langsung deh bergegas ke resto di dalam mall. Aku dan Mama mencari makanan kesukaan kami.

"Ma, itu kayak Ibunya Mas Chandra kan?" ujarku melihat seorang Ibu yang mirip dengan Ibunya Mas Chandra.

Mama menoleh ke arah pandangku, "Iya Nav, kita samperin yuk," ujar Mama.

Ini aku nggak salah dengar kan? Mama mengajakku untuk mendekat? Ada apa dengan Mama? Harusnya Mama sebal dong sama keluarga Mas Chandra, kenapa ini malah semangat nyamperin Ibunya Mas Chandra?

"Ibu," panggilku.

Ibu menoleh dan melihatku dengan speechless, "Nav," panggil Ibu.

Tanpa kuduga Ibu langsung memelukku dan sukses membuat mataku berkaca-kaca. Sekali lagi aku tegaskan, hanya berkaca-kaca, air mataku entah hilang kemana sejak bertahun-tahun yang lalu.

"Ibu kangen banget sama kamu Nav. Kamu kemana aja?" tanya Ibu yang tak kuasa menahan tangis.

"Nav juga kangen banget sama Ibu. Maaf Nav pergi nggak bilang-bilang sama Ibu," balasku masih dengan berkaca-kaca.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang