37. Saudara Tak Sedarah

101 11 0
                                    

Bukan hanya kamu yang tahu tentang apa yang aku rasakan, tapi aku juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan



Happy Reading

Hampir satu bulan aku merenung. Merenungi nasib ditinggal oleh orang yang sama untuk kedua kalinya. Mana yang katanya mau introspeksi diri, memperjuangkan lagi, yang ada malah dia main ngilang gitu aja.

Tak ada kabar sama sekali. Urusan pekerjaan pun aku langsung berhadapan dengan direktur cabang. Hampir semua tanggungjawabnya dialihkan ke aku.

Hampir satu bulan juga aku hanya fokus bekerja. Pekerjaanku pun jadi dobel, sering pula aku lembur sampai malam hanya karena dia beralasan cuti yang sedikit bebas dari pekerjaan. Kalau gini sih enak di dia, nggak enak di aku. Pekerjaanku saja menumpuk, ditambah pekerjaannya yang lebih membutuhkan ekstra tenaga dan pikiran.

Hari ini aku lembur lagi. Padahal ini sudah menjelang adzan isya, tapi pekerjaan belum juga kelar. Mana besok harus di serahkan ke Direktur Cabang. Hadehhhhh mau selesai jam berapa ini nanti.

Tiba-tiba ada video call masuk. Ternyata dari sahabat yang sudah seperti saudara untukku.

"Assalamualaikum Dini," salamku berusaha ceria padahal tubuh rasanya udah nggak karuan.

"Waalaikumasalam, lagi dimana Nav?" tanya Dini.

"Masih di kantor Din, lembur terus satu minggu ini. Maklum kan mau tutup buku juga," jawabku.

"Uhhh kasihan sekali sahabatku satu ini. Emang kemana bos kamu? Nggak ditemenin apa gimana?" tanya Dini.

Dini memang tahu kalau aku kembali kerja dengan Mas Chandra. Semuanya aku kasih tahu ke Dini. Buat apa juga menyimpan rahasia sama gadis itu karena lama kelamaan juga bakal tahu kan?

"Kabur, aku cuma dikasih pekerjaan doang ini. Nggak tahu kemana tuh orang, main ngilang aja. Nggak tahu apa aku lembur terus, untung aku orangnya sabar," ujarku berapi-api.

"Lahh kok bisa nggak tahu? Kamu kan sekretarisnya," balas Dini.

"Bodo amat Din, udah ya aku mau lanjut kerjaan dulu. Entar kalau udah sampai rumah, kita lanjut lagi," ujarku.

"Siapp. Eh Nav, weekend jadi ke Malang?" tanya Dini.

Aku memang berniat mengunjungi sahabatku itu tapi apa dayaku kalau pekerjaan saja seperti nggak ada habisnya.

"Minggu depan deh Din kayaknya. Aku juga harus nemenin Pak Manajer dinas ke Malang kan?" jawabku.

"Jadi, ceritanya mau ketemuan disini?" goda Dini.

"Ya kalau dia ingat ada urusan kerjaan disana," balasku.

"Yaudah sana selesaiin pekerjaan kamu dulu, jaga kesehatan ya beb," ujar Dini.

"Siap beb ku," jawabku.

Sambungan video call terputus dan aku kembali fokus ke pekerjaan yang masih terbengkalai.

Tiba-tiba ada email masuk. Dari orang nyebelin yang main ngilang aja.

Chandra Abimanyu :
Kamu ke Malang weekend besok!!
Urusan tutup buku biar diselesaikan staf yang lain, udah aku suruh mereka buat handle!!
Nggak ada penolakan, ini perintah atasan!!

Gilaaa diktator banget sih dia. Main suruh-suruh aja, emang aku kacungnya apa?!!

Tapi ada untungnya juga sih dinasnya diajukan, aku nggak perlu pusing mikirin tutup buku. Ya, meskipun nanti tetap aku yang cek laporan keuangan sebelum diserahkan ke atasan. Hehehehehehe

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang