19. Tinggalkan Masa Lalu Untuk Masa Depan

125 13 0
                                    


Happy Reading

"Aku akan tunggu kamu," ujarnya.

"Tapi, aku...........,"

Jujur aku bingung. Apa aku langsung menolaknya saja sekarang? Karena rasa yang aku miliki untuknya juga tidak bisa dipaksakan. Aku ingin menikah dengan orang yang memang aku cintai. Memang lebih baik dicintai, tapi kalau hanya ada keraguan dalam pernikahan, buat apa menerimanya?

"Katakan aja Nav, apapun itu bakal aku terima," ujarnya semakin meyakinkan diriku.

"Maaf Mas, aku belum bisa terima lamaran kamu. Jujur, sebenarnya aku udah anggap kamu sebagai kakak. Dan rasa ini hanya sebatas itu. Maaf sekali lagi, bukan maksud ku untuk menolak, tapi aku nggak bisa menikah kalau hatiku saja masih bimbang. Aku perlu waktu lagi untuk kembali menerima laki-laki di hidupku, kamu tahu aku punya trauma menjalin hubungan dengan laki-laki," ujarku.

"Apa itu artinya kamu masih sayang sama Chandra? Dan kamu mau balik sama dia?" tanyanya.

Duhh kenapa tanya kayak gitu sih. Aku terdiam karena apa yang Mas Pram bilang itu nggak sepenuhnya salah. Aku memang masih memiliki rasa kepada Chandra meski tak sebesar dulu. Tapi untuk kembali bersamanya seperti dulu, aku rasa nggak untuk saat ini. Meski aku tak tahu kedepannya akan seperti apa. Siapa jodohku kelak karena hanya Allah yang tahu.

"Nggak usah dijawab Nav. Karena diamnya kamu udah menjawab semua, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu kelak," ujar Mas Pram.

"Maaf Mas. Aku nggak mau kamu terlalu berharap sama aku yang nggak bisa tegas ini. Kamu orang baik, kamu pasti bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari aku," balasku tulus.

Sebenarnya aku juga tak enak hati, secara tidak langsung aku lagi-lagi menolak ajakan untuk menyempurnakan ibadah. Tapi aku juga tak ingin Mas Pram tersakiti olehku. Aku tak mau Mas Pram hanya akan menjadi pelarian atau pelampiasanku saja.

***

"Cantik banget sih anak Mama," ujar Mama.

Hari ini aku akan wisuda. Alhamdulillah akhirnya benar-benar resmi aku menyandang gelar sarjana. Kerja kerasku selama ini terbayar sudah dengan lulus tepat waktu dan memperoleh predikat cumlaude.

"Kan yang make up Mama cantik, pasti jadinya juga cantik dong," balasku.

"Chandra kok nggak pernah kesini lagi Nav?" tanya Mama.

Sepertinya ini saatnya aku memberitahu Mama tentang hubunganku dan Mas Chandra meski tidak semua aku ceritakan. Aku tak mau menambah pikiran orangtuaku. Biarlah itu terjawab dengan sendirinya.

"Nav udah putus sama Mas Chandra," jawabku.

"Ada masalah lagi?" tanya Mama.

"Udahlah Ma, itu masa lalu Nav. Nav mau fokus sama masa depan. Nav ingin membahagiakan Papa dan Mama dulu baru deg fokus sama kebahagiaan Nav sendiri," balasku.

"Boleh membahagiakan kami, tapi kamu juga harus meraih kebahagiaanmu sendiri. Itu yang penting. Papa dan Mama akan bahagia kalau kamu bahagia," ujar Mama menyejukkan.

"Termasuk kalau Nav mau merantau ke kota sebelah?" tanyaku ragu-ragu.

Aku dan Dini memang berniat untuk kerja di kota Malang. Selain untuk mencari pengalaman baru, aku ingin melupakan sejenak permasalahan yang akhir-akhir ini datang bertubi-tubi. Aku ingin menikmati hidup untuk diriku sendiri dan keluarga. Terlepas dari segala masalah yang membelengguku selama ini.

"Orang tua hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Silahkan kamu cari pengalaman sebanyak-banyaknya di luar sana. Papa juga udah memberi ijinnya kan," balas Mama.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang