28. Ceritaku

134 10 0
                                    


Aku nggak mau punya dendam sama orang yang pernah dengan sangat aku sayang




Happy Reading

"Tapi kenapa?" tanyaku.

"....."

Dia masih terdiam

"Karena Bapak?" tanyaku lagi.

"Bapak memang marah sama kamu, tapi seorang ayah akan selalu memaafkan anaknya  meski kesalahannya fatal," lanjutku.

"Susah Nav, Bapak udah benar-benar benci sama aku. Bapak bilang anak bungsunya udah mati," jawabnya.

"Mas, mau dengar ceritaku nggak? Ternyata selama dua tahun ini kita sama-sama tersiksa ya. Masalah itu udah menghancurkan dua keluarga yang awalnya begitu harmonis," ujarku.

Raut wajahnya berubah antusias untuk mendengar ceritaku.

Aku terdiam sejenak tak kuat melanjutkan ucapanku. Rasanya sakit kala mengingat luka lama yang belum sepenuhnya mengering.

"Aku belikan minum ya biar kamu bisa rileks sebelum lanjut cerita," ujarnya.

Aku yang masih saja menangis dan belum bisa berkata-kata, hanya menggeleng, "Air kamu tadi masih?" tanyaku.

Mas Chandra mengangguk, "Tapi ini bekas aku. Aku belikan yang baru,"

Aku menggeleng, "Ini aja, kelamaan kalau harus beli dulu," ujarku sambil merebut air mineral itu.

"Ya nggak main rebut aja," kekehnya. Aku pun ikut tertawa.

"Aku tahu semua kejadian ini berawal dari egoku, aku hanya bisa buat kamu sedih dan nangis. Aku nggak bisa buat kamu bahagia meski aku mengumbar kata-kata cinta," ujarnya semakin membuat air mataku turun lagi.

"Setelah kamu lulus, saat itu aku masih sedikit berharap kalau kamu akan datang dan sama-sama memperbaiki hubungan kita. Tapi nyatanya kamu.......," ujarku.

Aku kembali minum dan menenangkan diriku. Aku sedikit merasa tenang saat tanganku dipegang erat olehnya. Seperti mendapat kekuatan untuk bercerita.

"Kamu nggak pernah datang lagi setelah itu. Aku berusaha melupakan kamu, aku berusaha membenci kamu. Tapi apa yang aku dapat? Hanya rasa sakit hati yang semakin dalam. Tepat saat aku wisuda, aku memutuskan untuk menghilang dari orang-orang yang berkaitan dengan kamu dan Mas Pram. Semua akses komunikasi aku tutup," lanjutku.

"Mas Pram?" tanyanya.

Aku mengangguk, "Mas Pram pernah melamar aku dulu," ujarku jujur.

Mas Chandra terlihat terkejut mendengar penuturanku.

"Tapi aku tolak," lanjutku.

"Kenapa kamu tolak? Mas Pram jauh lebih baik dari aku," ujarnya.

"Iya, Mas Pram memang laki-laki idaman. Mungkin kata orang aku ini bodoh karena menolak lamaran dari laki-laki yang menjadi idaman wanita. Tapi apa aku dan dia akan berakhir bahagia kalau tidak ada cinta? Memang cinta ada karena terbiasa, tapi saat itu aku benar-benar tidak lagi percaya akan cinta. Aku nggak lagi percaya dengan laki-laki setelah kamu khianati sampai begitu kejamnya. Kalau kamu nggak percaya, silahkan kamu tanya Mas Pram. Meski kami dekat tapi nggak pernah sekalipun aku mau menjalin hubungan lebih dari teman dengannya," jelasku.

"Aku ingin membahagiakan diriku sendiri. Aku sempat berpikir kalau aku masih bisa berdiri tegak tanpa laki-laki. Aku menolak Mas Pram bukan berarti aku nggak moveon dari kamu, aku hanya ingin yang terbaik buat kita semua. Maka dari itu, aku nekat merantau ke Malang dan meninggalkan semua yang berhubungan dengan kalian berdua," lanjutku.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang