10. Profesional

110 10 0
                                    

Buat apa ada cinta kalau hanya memberi sakit hati dan pengkhianatan?





Happy Reading

Satu minggu sudah berlalu. Selama itu pula aku berusaha fokus mengerjakan UTS dan mengenyampingkan masalah pribadi. Aku berusaha menghilangkan Chandra dari pikiranku. Di kampus pun kami hanya saling memandang tanpa berniat menyapa. Dia benar-benar melakukan apa yang aku inginkan. Aku ingin bebas dari belenggunya.

Hari ini UTS terakhir dan nanti siang akan ada rapat BEM Fakultas. Memang aku telah menjadi sekretaris BEM Universitas, namun aku juga masih berstatus sebagai anggota BEM Fakultas Ekonomi. Jadi, aku harus pintar-pintar membagi waktuku di BEM Universitas dan BEM Fakultas.

"Nav, nanti datang rapat nggak?" tanya Indah.

"Insyaa Allah datang. Tapi nanti makan dulu ya, laper banget nih," balasku.

Sekarang aku sedikit ceria meski terkadang masih kepikiran masalah tersebut. Sehancur apapun perasaanku, tapi aku berusaha terlihat baik-baik saja di depan sahabat-sahabatku. Jujur sebenarnya aku belum siap bertemu Chandra di forum BEM, tapi mau bagaimana lagi ini sudah menjadi kewajiban ku datang rapat bulanan. Aku hanya berdoa semoga dia nggak datang rapat agar tak perlu berbasa-basi atau sekadar melihat wajah menyebalkannya itu.

Indah dan Dini pun kompak untuk tidak mengungkit masalahku. Karena aku ingin segera moveon dari laki-laki tersebut.

***

"Nav itu bukannya Mas Chandra?" tanya Dini tiba-tiba.

Aku mah nggak terpengaruh dan tetap menikmati makananku. Makanan ternyata bisa mengalihkan perhatianku. Yaiyalah lebih baik makan daripada melihat wajah laki-laki itu, makanan lebih enak dipandang dan dinikmati daripada wajahnya.

"Kenapa jadi dekat banget sama Gendhis? Emang mereka pacaran?" timpal Indah.

Aku menghela nafas berharap kedua sahabatku ini nggak lagi mengungkit tentang dia.

"Bodo amat, mau dia pacaran atau jungkir balik aku udah nggak peduli. Informasi aja ya, stop sebut namanya, kuping rasanya panas banget pas dengar namanya," balasku dengan malas.

"Seberat itu Nav masalah kalian?" tanya Dini.

Aku hanya mengendikkan bahu acuh tak acuh.

"Kamu block semua sosial medianya Nav?" sambung Indah.

Aku mengangguk, "Kecuali Whatsapp. Soalnya kan aku masih harus kontak sama dia urusan BEM kan? Nggak tahu kalau dia gimana, paling juga udah dihapus,"

Meski nomornya belum aku hapus, aku juga udah nggak peduli sama dia. Buat apa peduli dengan orang yang sudah menghancurkan perasaan sampai berkeping-keping?

Saat aku sampai di sekre BEM FEB, ternyata orang yang selama ini aku hindari sudah berada disana dan terlihat sedang merokok. Sepertinya kebiasaan buruknya itu kembali lagi. Atau memang dia nggak pernah berubah dari dulu? Ahhh bodo amat lahh. Emang Gue Pikirin!!!

Sepuluh menit berlalu. Aku hanya bermain handphone di sudut ruangan sambil menunggu rapat dimulai.

"Guys kita mulai sekarang yuk," ujar Mas Ridhan.

Kali ini yang memimpin rapat adalah Mas Ridhan selaku Presiden BEM FEB. Kali ini juga aku hanya berperan sebagai anggota. Karena sekretarisnya adalah Dini.

"Jadi gini, sebelumnya aku mau makasih sama kalian karena udah membantu melancarkan pemilu kemarin. Rapat perdana ini agendanya perancangan program kerja selama satu tahun kedepan dan perombakan AD/ART. Jadi, setiap kementerian harus memberikan rancangan program kerjanya," jelas Mas Ridhan.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang