34. Papa dan Bapak

111 11 0
                                    

Kalau udah takdirnya kamu sama dia, ya Papa bisa apa selain merestui kalian

~Papa~


Happy Reading

"Minum obatnya ya," ujarnya setelah aku menyelesaikan makan.

Aku mengangguk dan menerima uluran obat serta air minumnya.

"Mas, kamu semalam tidur jam berapa sih?" tanyaku.

"Kenapa?" tanyanya balik.

"Mata kamu kelihatan lelah banget, udah kayak panda," ujarku.

Bukannya menjawab, Mas Chandra malah senyum malu-malu. Lahh ini orang kesambet apa gimana sih? Anehh

"Perhatian banget sih," kekehnya.

"Yaa kan kelihatan aja. Ihh nggak usah kepedean deh," elakku.

Entah kenapa tawa renyahnya membuatku sedikit merasa senang. Tapi lagi-lagi rasa sakit hati dan kecewa itu belum sepenuhnya hilang, ditambah dengan ucapan Mas Pram yang bilang kalau Chandra menyerah untukku.

"Semalem lembur kerja sampai jam dua dini hari, terus nonton bola. Daripada aku tidur terus telat subuhan, yaudah aku tidurnya habis subuh sekalian. Makanya tadi agak siang aku sampai sini," jelasnya.

"Kerjaanku yang kemarin tertunda itu?" tanyaku merasa bersalah.

"Maaf ya gara-gara aku, kamu jadi lembur sampai dini hari," lanjutku.

"Apaan sih, nggak repot lah. Itu juga tanggung jawab ku kan? Santai aja. Tapi kayaknya kalau kamu jadi resign.......,"

Ucapannya langsung aku potong, "Doakan saja nggak jadi resign ya,"

Mas Chandra tersenyum

"Tidur sana di sofa, daripada nanti juga sakit," suruhku.

"Kan aku niatnya mau nemenin kamu, masa disuruh tidur sih," balasnya.

"Ya aku juga mau tidur, biasanya kalau habis minum obat gini langsung ngantuk," ujarku.

"Beneran nggak apa-apa?" tanyanya memastikan.

Aku mengangguk. Mas Chandra berjalan menuju sofa, lalu melepas sepatunya dan bersiap untuk tidur.

"Tapi nanti kalau ada apa-apa, langsung bangunin ya," ujarnya.

"Iya,"

Kami berdua pun tertidur. Tenang aja, aku di ranjang sedangkan Mas Chandra di sofa kok. Hehehehehe

***

Aku terbangun karena mendengar ada orang membuka pintu. Ternyata Papa yang datang.

"Assalamualaikum kak, maaf ya Papa baru datang sekarang," sapa Papa.

"Waalaikumasalam Pa, nggak apa-apa kok. Daritadi juga Nav nggak sendirian," jawabku.

Papa melihat penampakan orang yang sedang tidur di sofa. Mana posisinya mirip kayak anak kecil lagi. Tengkurap dengan tangan sampai ke lantai dan hoodienya digunakan untuk bantal.

"Ngapain tuh anak kesini?" tanya Papa.

"Ssttt, jangan keras-keras Pa. Kasihan dia habis begadang lembur kerja. Biar dia istirahat dulu Pa," belaku.

Papa menurut dan duduk di sebelahku.

"Nav, sebenarnya kamu tuh masih suka nggak sih sama itu anak?" tanya Papa.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang