39. Cinta VS Hutang Budi

105 12 0
                                    

Kalau dulu nggak ada Pak Rozak sekeluarga, aku nggak akan ada disini dan berbicara seperti ini

~SinChan~



Happy Reading

Satu minggu berturut-turut, mimpi itu selalu datang. Tidak selalu tentang pernikahan, tapi selalu ada Mas Chandra dalam mimpiku itu.

Apa mimpi ini merupakan jawaban yang diberikan oleh Allah kepadaku?

Selama aku melaksanakan sholat di sepertiga malam, aku seperti semakin didekatkan dengan Mas Chandra. Tingkat keraguan yang dulunya hampir 100 persen, kini tak menyampai 50 persen.

Belakangan ini aku banyak dihadapkan dengan situasi dimana aku harus duduk berduaa dengan laki-laki itu. Entah itu untuk urusan pekerjaan ataupun yang lain.

Mas Chandra pun sudah tidak membahas tentang hubungan kami lagi. Tapi aku juga butuh kepastian, apa dia masih mau menungguku atau malah sudah mendapatkan gadis yang jauh lebih baik dariku dan langsung memberikan kepastian. Kalau mikirin tentang hal itu, aku malah jadi insecure sendiri. Takut kalau apa yang aku asumsikan bakal terjadi.

"Permisi Mbak Nav," ujar seseorang membuyarkan lamunanku.

Ternyata Mas Bejo, OB kantor.

"Ehh iya Mas, ada apa ya?" tanyaku.

"Pak Chandra ada nggak ya Mbak?" tanya Mas Bejo.

"Ada kok, daritadi di dalam ruangannya," jawabku.

"Mbak, ini tolong sampaikan ke Pak Chandra ya. Beliau tadi nyuruh nitipin ini ke Mbak Nav, katanya biar Mbak Nav yang menyampaikan ke Pak Chandra," ujar Mas Bejo.

"Kenapa harus ke saya? Kenapa nggak langsung masuk aja. Lagi nggak ada tamu kok," balasku.

"Nggak tahu Mbak, saya cuma dibilangin gitu aja," keukeuh Mas Bejo.

Mau tak mau aku mengalah karena kasihan Mas Bejo kalau nanti kena marah Pak Diktator kalau nggak menuruti permintaannya. Upsss jangan bilang dia ya, kalau aku nyebutnya diktator. Ya gimana nggak coba, perintah yang keluar dari mulutnya nggak bisa terbantahkan. Hehehehehehe

Aku masuk tanpa mengetuk, biarlah dia mengira kalau aku nggak sopan. Sudah terlanjur sebal dengan kelakuannya ini.

"Nih dari Mas Be.....aaaaaaaa,"

Kayaknya aku kualat deh sama dia. Gara-gara aku masuk tanpa mengetuk dulu, jadi melihat "roti sobek" nya Mas Chandra. Refleks aku menutup mata.

"Kamu kenapa Nav?" tanyanya menggoda.

Astagfirullah aku rasa dia semakin mendekatiku. Aku masih menutup mata dan nggak mau melihatnya. Bisa goyah imanku.

"Kenapa nggak pakai baju sih?" tanyaku masih dengan posisi yang sama.

Ku dengar dia terkekeh.

"Nggak ada yang lucu," lanjutku.

"Nggak ada yang ngelucu kali Nav," jawabnya.

"Ya ya cepetan pakai baju. Masuk angin lho nanti," ujarku.

Bukan lagi terkekeh, karena sekarang dia malah terbahak-bahak.

"Gimana aku mau pakai baju kalau bajuku aja di paperbag yang kamu bawa," jawabnya.

Langsung saja aku kasih paperbag itu kepadanya.

"Aku mau ganti baju dulu, kamu tunggu disini. Jangan kemana-mana," titahnya.

"Dasar diktator," gumamku.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang