15. Perhatian Beda Rasa

109 11 1
                                    

Semua butuh proses, termasuk moveon dari seseorang yang telah menghancurkan hati sampai berkeping-keping








Happy Reading

Welcome to semester 3, dimana aku nggak sabar menerima materi baru. Hari ini pertama kali ku masuk setelah hampir dua bulan liburan. Enggak liburan juga sih karena waktu ku habiskan di kampus juga untuk menyiapkan kesekretariatan OSPEK kemarin.

Entah kenapa aku jadi kangen awal semester satu dulu. Dulu rasanya aku sangat bahagia saat bertemu kembali dengan seorang yang bernama Chandra Abimanyu. Dan sekarang aku berpapasan dengannya di fakultas. Kami pun hanya saling memandang dan aura permusuhan masih jelas terlihat. Setiap melihat wajahnya, selalu mengingatkanku dengan kelakuannya yang tega menipu dan mempermainkan diriku.

"Mas Chandra," panggil Gendhis.

Laki-laki itu pun menoleh dan mereka sempat mengobrol sejenak. Aku sih nggak peduli mereka mau ngobrolin apa. Aku langsung melanjutkan langkahku menuju kelas. Aku tak mau semakin dibuat cemburu oleh pasangan baru itu. Buat apa melihat sesuatu yang hanya buat sakit hati.

Aku berusaha fokus menerima materi dari dosen dan menghilangkan Chandra dari pikiranku.

"Nav, mau langsung pulang?" tanya Dini saat kami selesai kelas.

"Iya nih, perutku sakit sama kepalaku pusing. Mau cepet-cepet sampe rumah aja," balasku.

"Sendirian nggak apa-apa? Soalnya aku mau ngerjain tugasnya tadi sama kelompokku, atau lebih baik pakai ojek online aja," ujar Dini.

"Santai aja Din, rumahku juga nggak jauh-jauh banget kan? Tenang aja," jawabku.

"Yaudah kalau sampai rumah kasih kabar ya Nav. Biar aku nggak khawatir," pesan Dini.

Aku langsung bergegas ke parkiran. Tepat di depan motorku, rasa pusing itu semakin menguat dan perutku semakin tak karuan. Aku rasa maag ku kambuh lagi. Aku berusaha menahan diri agar tak pingsan. Tapi.......

Brukk........

Aku merasa kesadaranku kian melemah. Tapi aku nggak jatuh di tanah. Terus siapa yang menolongku? Dan sekilas aku melihat wajah Chandra sedang menopang tubuhku sebelum kesadaranku benar-benar hilang. Tapi masa iya sih dia yang nolongin aku? Entahlah

Aku terbangun di sebuah ranjang. Lalu ku sesuaikan penglihatanku dengan keadaan sekitar. Sepertinya aku berada di UKS fakultas. Ternyata di sebelahku ada seseorang yang menungguku dan sedang bermain handphone. Sosok yang sebenarnya aku hindari.

Dia menoleh sejenak. Dan ternyata orang itu adalah Chandra. Apa mungkin dia yang menolongku? Kalau nggak, ngapain dia ada disini?

"Siapa yang bawa aku kesini?" tanyaku.

"Nggak tahu," balasnya acuh tak acuh.

Aku tak menggubris ucapannya.

"Makasih udah bawa aku kesini," ujarku.

Dia hanya menjawab dengan deheman. Nggak bisa apa cuma bilang "ya" atau apapun lah. Ahh bodo amat lah sama dia.

Aku bangun, "Aku mau pulang," ujarku.

"Kamu nggak bisa ya menghargai orang lain?" tanyanya tiba-tiba.

Jujur aku bingung dengan ucapannya. Aku menoleh ke arah meja dan ternyata ada sebungkus makanan dan air mineral. Tapi apakah itu untuk aku? Aku tak mau berspekulasi yang berlebihan. Dia kan orangnya nggak bisa ditebak.

"Kamu ngomong apa sih? Udah ah aku mau pulang," ujarku yang nekad turun dari ranjang.

Belum juga aku turun, tapi tanganku sudah dicekalnya olehnya.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang