38. Sepertiga Malam

109 11 0
                                    

Mimpi itu, baru kali ini datang kepadaku





Happy Reading

Kekuatan doa di sepertiga malam itu memang luar biasa. Aku melaksanakan saran dari sahabatku untuk meminta yang terbaik lewat sholat tahajud di sepertiga malam.

Saat ini aku benar-benar tidak mau memikirkan tentang hal yang menyangkut Mas Chandra maupun Mas Pram. Apalagi aku sudah mengetahui kalau gadis yang sedang dekat dengan Mas Pram saat ini adalah sahabatku sendiri, Dini. Nggak mungkin juga aku menikung sahabatku hanya demi ego. Aku juga tahu bagaimana dulu Dini dikecewakan sama laki-laki yang sekarang entah hilang kemana.

"Gimana Nav, udah kamu coba?" tanya Dini.

Kemarin lusa aku balik dari Malang. Dan hari ini aku hanya bisa video call sama Dini. Aku memang memutuskan untuk mulai melaksanakan sarannya ketika sudah di rumah.

"Udah, tapi belum ada tanda-tanda apapun Din," jawabku.

"Ya kamu sabar dan lebih rajin lagi. Terus sepulang dari sini, kamu udah ketemu lagi sama Mas Chandra?" tanya Dini.

"Ketemu, tadi dia udah masuk. Tapi ya kita fokus ke pekerjaan yang seabrek gara-gara dia cuti kemarin. Jadi, seharian ini kita nggak ada ngobrol di luar pekerjaan," jawabku.

"Dia nggak basa-basi apa gitu?" tanya Dini lagi.

"Nggak Dini, dia masih cuek aja  sama aku. Kok kayaknya kamu semangat banget sih tanya-tanya tentang dia?" tanyaku heran.

"Hehehehhe sebenarnya dulu pas kita video call, ada dia juga disini. Ehh tenang nggak berdua kok, ada Mas Pram juga. Kita bertiga sama-sama kebetulan bertemu," ujar Dini.

"Lahh pantesan habis itu dia langsung email aku biar nyusul dia secepatnya. Berarti dia dengar semua omelanku dong?" tanyaku.

"Iyalah kamu aja ngomel kayak gitu. Tahu nggak sih gimana respon dua laki-laki itu?" balas Dini.

"Emang gimana? Ehh berarti itu orang tahu kalau Mas Pram lagi dekat sama kamu?" tanyaku balik.

"Mereka nahan ketawa sampai Mas Chandra pamit menjauh biar kamu nggak dengar. Ya, dia tahunya pas ketemuan disini kemarin. Dia bilang kalau mau memantaskan diri dulu sebelum kembali menanyakan keseriusannya sama kamu," jawab Dini.

"Ya ampun Dini........ngambek lho aku," rajukku.

"Hahahahaha ngambek kok bilang-bilang sih Nav," balas Dini sambil terkekeh.

"Ya ampun Din mau ditaruh dimana muka ku kalau ketemu dia," rajukku.

"Lahh bukannya udah ketemu ya?"

Ampuuunn ini Dini makin gencar aja menggodaku.

"Pasti dia kepedean deh," ujarku.

"Ya tanya aja sama orangnya langsung kalau kepo," jawab Dini.

***

Keesokan harinya aku berangkat lebih dulu ke kantor. Di kantor ternyata atasanku itu belum datang. Syukurlah aku bisa langsung menyibukkan diri dengan berkas-berkas pekerjaan yang mulai menumpuk.

Tak lama laki-laki itu datang dengan wajahnya yang datar. Aku sih berusaha nggak peduli sama dia, tapi tetap saja susah.

"Pagi Pak," sapaku.

Biasalah formalitas bawahan ke atasan.

"Hmmm,"

Kann nyebelin, aku udah basa-basi menyapa ehh dia malah dingin banget.

Cinta Simpul Mati 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang